Kamis, 20 Oktober 2016

RELASI ANTARA MATEMATIKA DAN AGAMA ISLAM DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATEMATIKA Disusunoleh : 1. Lusiana dewi anggraeni 2. Nur Hariyati 3. Nurul Aftu’ah YAYASAN AL ZAHRA HAJAIN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN CORDOVA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Keterkaitan Antara Matematika Dan Islam Assalamu'alaikum Wr. Wb. Pada semester lima ini kami mendapat tugas membuat makalah tentang keterkaitan atau hubungan matematika dengan islam. Jadi rumus apa yang ada dalam matematika di kaitkan dengan Alqur'an. Dari hasil musyawarah kelompok kami di dapat penjelasan keterkaitan matematika dengan islam sbb: Silahkan dibaca.. 1. RELASI Pada matematika simbol X dan Y, biasanya digunakan untuk penyimbolan pada fungsi maupun himpunan, X untuk daerah asal (domain) dan Y daerah kawan (kodomain). Disini saya akan menggunakan simbol X dan Y untuk menyimbolkan laki – laki dan Perempuan. Berikut ini akan dipaparkan beberapa kesamaan antara agama Islam dan Matematika secara satu persatu. Relasi berasal dari kata bahasa Inggris relation yang berarti hubungan. Dalam dunia Islam hubungan antara umat islam dengan umat islam yang lain (yang saya maksud disini antara pria dan wanita yang belum menikah) selama tidak menimbulkan fitnah dan tidak keluar dari jalur syariat maka diperbolehkan, bahkan bergaul dengan umat yang berbeda agamapun diperbolehkan. Dengan kata lain adalah hubungan yang sehat, tidak saling bertukar virus lewat cairan dan sebagainya. Tiap orang boleh berteman dengan satu orang, dua orang dan banyak orang tidak dibatasi. Bahkan seseorang dapat memilih untuk tidak bergaul dengan orang lain (mungkin orang yang akan diajak bergaul,tersebut membawa pengaruh buruk dalam lingkungan) Seperti yang diterangkan dalam QS Al Insaan ayat 24 : Maka Bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antar mereka.( QS.Al Insaan: 24) Dalam matematika juga terdapat istilah Relasi yang artinya tidak jauh beda dengan arti relasi di atas. Semisal ada himpunan X={1,2,3,4} dan Y= {a,b,c} Salah satu relasi yang dapat dibuat dari X dan Y dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Contoh relasi disamping menghubungkan antara sebagian anggota X ke sebagian anggota Y, yaitu 1 dengan a, 2 dengan b,2 dengan c, 4 dengan a,dan 4 dengan c. Jadi relasi dalam matematika tidak membatasi anggota X dalam menjalin hubungan dengan anggota Y, boleh hanya satu relasi, dua relasi, tiga relasi, dan bahkan tidak melakukan hubungan pun juga diperbolehkan. Dapat disimpulkan, relasi dalam Islam dan relasi dalam matematika mempunyai persamaan. Seperti yang diterangkan Dalam Alqur'an : yangartinya: Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.danHai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya[263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain[264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu. ( QS Annisaa' : 1) 2. STATISTIKA DESKRIPTIF Statistika deskriptif adalah bagian dari ilmu matematika yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu data sehingga memberikan informasi yang berguna, berkenaan dengan bagaimana data dapat digambarkan dideskripsikan atau disimpulkan baik secara numerik (missal menghitung rata-rata dan deviasi standar) atau secara grafis (dalam bentuk tabel atau grafik) untuk mendapatkan gambaran sekilas mengenai data tersebut sehingga lebih mudah dibaca dan bermakna. Statistika deskriptif hanya memberikan informasi mengenai data dan tidak pas digunakan untuk mengambi keputusan. Sebagai contoh, misalnya: terdapat sebuah keluarga yang terdiri dari anggota keluarga, yaitu Bapak, Ibu, dan tiga anak. Setiap hari mereka rutin membaca AL Qur'an. Bapak biasa membaca AL Qur'an 30-60 ayat/hari, ibu biasa membaca AL Qur'an 45-100 ayat/hari, anak pertama biasa membaca AL Qur'an 20-50 ayat/hari, anak kedua biasa membaca AL Qur'an 10-30 ayat/hari, dan anak yang terakhir hanya mampu membaca maksimal 5-10 ayat/hari karena ia masih dalam proses belajar membaca AL Qur'an. Amalan-amalan yang dilakukan oleh keluarga diatas bisa di sajikan dalam tabel seperti dibawah ini: No AnggotaKeluarga Jumlahayat Rata-rata 1. 2. 3. 4. 5. Bapak Ibu Anak pertama Anak kedua Anak ketiga 30-60 45-100 20-50 10-30 5-10 45 72.5 35 20 7.5 Dalam kehidupan sehari-hari selama di dunia segala tindakan atau perbuatan manusia baik kebaiakan maupun keburukan selalu dicatat oleh malaikat yang bertugas mencatat amal baik dan amal buruk yaitu malaikat rakib dan atib. Dan setiap orangpun belum tentu memiliki amalan-amalan yang sama dalam kesehariannya.Kemudian catatan amalan-amalan itu dikumpulkan sampai pada hari kiamat. Dan pada saat seluruh manusia dikumpulkan di yaumul mahsyar, catatan amalan-amalan perbuatan itu dibuka kembali dan diperlihatkan kepada semua manusia tentang amalan perbuatan mereka selama hidup didunia. Hal ini sesuai dengan firman Alloh dalam surat AL Mujadilah ayat 6,yang Artinya 29. Dan segala sesuatu Telah kami catat dalam suatu kitab[1548]. [1548] yang dimaksud dengan kitab di sini adalah buku catatan amalan manusia. 3. KONSEP LIMAS SEGI ENAM DALAM ISLAM Di dalam matematika kita mengenal bangun ruang limas segi enam yang memiliki alas berbentuk segi enam dan memiliki sisi tegak yang berbentuk segi tiga serta dalam Islam kita mengenal rukun iman yang terdiri dari enam point. Bila kita lihat, keduanya saling berhubungan. Perhatikan gambar barikut ini . T = Iman A = Beriman kepada Allah B = Beriman kepada Malaikat C = Beriman kepada Kitab-Kitab Allah D = Beriman kepada Para Rasul E = Beriman kepada Hari Akhir F = Beriman kepada Takdir Allah Dari gambar di atas limas segi enam mempunyai tujuh titik sudut yaitu ABCDEF.T, T adalah titik puncak suatu limas segi enam yang dimisalkan sebagai iman seseorang. Tanpa bermaksud untuk menyetarakan kedudukan Allah dengan rukun-rukun iman yang lain, pokok bahasan ini akan membahas pentingnya rukun iman sebagai pondasi iman seseorang. Sebelum kita membahas rukun-rukun iman, sebaiknya kita mengerti dulu apa itu pengertian iman. Kata iman berasal dari bahasa arab yang artinya percaya. Menurut ilmu Tauhid iman didefinisikan sebagai membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dengan tindakan. Di dalam agama Islam limas Segi enam merupakan gambaran dari rukun iman yang terdiri dari enam hal yaitu, 1.Iman kepada Allah SWT Iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu ada dengan segala sifat keagungan-Nya, mengucapkan atau mengikrarkan adanya Allah secara Islam, dan bersedia melakukan apa yang telah dibenarkan dengan hati dan diucapkan secara lisan sebagai konsekuensi keimanan seseorang. Perintah beriman kepada Allah SWT merupakan perintah Allah kepada umat manusia. Firman-Nya dalam Al Quran : Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat sejauh-jauhnya.( QS An-Nisaa' : 136) 2.Iman kepada Malaikat Iman kepada malaikat adalah yakin dan percaya dengan sepenuh hati bahwa malaikat merupakan makhluk Allah yang baik dan mendapatkan tugas masing-masing sesuai dengan perintah Allah SWT. 3.Iman kepada Kitab-Kitab Allah Iman kepada kitab-kitab Allah adalah mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah menurunkan wahyu-Nya kepada para Rasul berupa kitab-kitab sebagai pegangan hidupnya dan umatnya. Kitab-kitab yang wajib diimani dan diketahui ada 4 yaitu, Taurat, Zabur, Injil, Al Quran. 4.Iman kepada Rasul Allah Iman kepada Rasul Allah adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa rasul adalah orang yang telah menerima wahyu dari Allah untuk disampaikan kepada umatnya agar mereka beriman, selamat dan bahagia baik di dunia maupun di akhirat. 5. Iman kepada Hari Akhir Iman kepada hari akhir adalah yakin dan percaya dengan sepenuh hati bahwa hari akhir itu ada dan pasti akan datang. 6. Iman kepada Qadla dan Qadar Iman kepada qadla dan qadar adalah percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu dan Dia telah menyuruh dan melarang. Dari ke-enam hal tersebut saling berhubungan untuk menuju ke titik T sebagai iman, karena apabila kehilangan salah satu garis saja maka, bangun limas segi enam tersebut tidak akan berdiri tegak. Hal ini sama saja dengan keimanan seseorang, karena jika salah satu saja tidak terpenuhi maka, keimanan seseorang tidak akan sempurna. 4. KEHIDUPAN DUNIA PENENTU KEBAHAGIAAN DI AKHIRAT Kehidupan manusia adalah cermin dari keputusan yang telah dibuatnya. Terjadinya bencana banjir, longsor, dan fenomena sosial lainnya yang terjadi di beberapa kota, merupakan sebagian contoh dari buah keputusan yang telah diambil kita sebelumnya. Prinsip ini, harus benar-benar kita sadari dan pahami dalam setiap langkah kita hidup di dunia. Bila tidak, maka siap-siap kesengsaraan dan kerugian menyelimuti kita. Seperti dalam firman Allah dalam surat Al-Hasyr 18 : "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." Ayat dan keterangan diatas erat kaitannya dengan ilmu matematika, yaitu tentang refleksi. Oleh karena itu, terlebih dahulu akan dijelaskan tentang refleksi dalam ilmu matematika. Berikut pengertian dari refleksi dalam ilmu matematika: Perhatikan gambar dibawah ini : Gambar di samping merupakan contoh refleksi yang sering anda jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Sebuah bangunan direfleksikan oleh danau. Gambar bangunan di bawah permukaan air merupakan bayangan dari bangunan di daratan tepi danau. Refleksi merupakan salah satu jenis transformasi. Untuk melakukan suatu refleksi diperlukan sumbu refleksi atau sumbu simetri atau garis refleksi atau garis cermin. Pada gambar di bawah, ABC dengan titik sudut A(5, 1), B(6,5 , 2), dan C(3, 3) direfleksikan terhadap garis x = 3. Bayangannya adalah ?A'B'C' dengan A'(1,1), B'(-0,5 , 2), dan C(3,3). Perhatikan bahwa pada suatu refleksi ukuran bangun tidak berubah dan titik pada bangun yang terletak pada sumbu refleksi tidak berpindah letaknya. Titik C pada gambar di atas berimpit dengan titik C'. Jadi titik C dan bayangannya merupakan titik yang sama. Dalam ajaran islam, kehidupan di akhirat adalah kehidupan yang berkekalan dan tiada berkesudahan. Ganjaran dan balasan di akhirat sangat setimpal dengan amalan setiap makhluknya. Ini adalah bukti keadilan Allah SWT. Sesungguhnya kehidupan akhirat itu berkait rapat dengan kehidupan kita semasa di dunia ini. Jika amalan kita soleh, maka sejahtera dan berbahagialah kita di akhirat kelak. Tetapi sekiranya amalan kita buruk, maka derita dan sengsaralah kita. Firman Allah dalam surat Al-Israa' 72 : "Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)." Firman Allah dalam surat Al-Qashash 84 : "Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, maka baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barangsiapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan." Menurut pengertian refleksi diatas, kehidupan di akhirat adalah cerminan atau refleksi dari kehidupan manusia didunia. Yang barang siapa menanam kebaikan di dunia, maka kebaikan pula yang akan kita petik di akhirat. Begitu pula sebaliknya, barang siapa menanam keburukan di dunia, maka keburukan pula yang akan kita petik di akhirat. 5. HUBUNGAN PHI DENGAN AL-QUR'AN Bagi orang muslim, Al-Qur'an adalah salah satu kitab suci yang memiliki semua rahasia kehidupan. Dalam posting ini, saya akan membahas salah satu ilmu pengetahuan yang ada di dalam Al-Qur'an yang mungkin tidak diketahui semua orang, yaitu hubungan antara thawaf dengan ka'bah. Thawaf merupakan salah satu rukun haji, yaitu mengelilingi ka'bah. Firman Alloh SWT yang artinya: 29. Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran[987] yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka[988] dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah). [987] yang dimaksud dengan menghilangkan kotoran di sini ialah memotong rambut, mengerat kuku, dan sebagainya. [988] yang dimaksud dengan Nazar di sini ialah nazar-nazar yang baik yang akan dilakukan selama ibadah haji. Dari 'Aisyah : " Bahwasaanya Nabi SAW ketika sampai di Makkah, adalah pekerjaan yang mula-mula beliau kerjakan, ialah mengambil air sembahyang kemudian beliau Thawaf". Riwayat Bukhari dan Muslim. Sebagaimana kita ketahui, thawaf adalah berjalan keliling yang membentuk lingkaran dan dilakukan sebanyak tujuh kali. Sabda Rosululloh SAW : Dari jabir : " Bahwasannya Nabi besar SAW, tatkala sampai mekah telah mendekatkan ke hajar aswad, kemudian beliau sapu hajar aswad itu dengan tangan beliau , kemudian beliau berjalan ke sebelah kanan beliau ; berjalan cepat tiga kali berkeliling dan berjalan biasa empat kali berkeliling". Riwayat Muslim dan Nasai. Dari Abu Huraira, bahwasannya ia telah mendengar Nabi SAW bersabda : "Barang siapa berkeliling ka'bah tujuh kali dan ia tidak berkata selain dari : Maha Suci Alloh dan segala puli bagi Alloh, tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Alloh, Alloh Maha Besar dan tidak ada daya upaya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Alloh. Orang yang membaca kalimat tersebut, dihapuskan dari padanya sepuluh kejahatan, dan dituliskan sepuluh kebaikan dan diangkat derajatnya sepuluh tingkat ". Riwayat Ibnu Majah. Didalam rumus luasan atau kelilling lingkaran selalu digunakan alat ukur yang disebut phi yang besarnya . Angka 22 dan 7 mempunyai korelasi dengan ibadah haji dan rukun thawaf. Surah yang artinya haji adalah Suarh ke- 22 yaitu Al-Hajj. Thawaf membentuk lingkaran sebanyak tujuh kali. Lihat kombinasi angkanya = 22 dan 7 . Persis sama dengan phi lingkaran yaitu . 6. DIAGRAM VENN Dalam suatu diagram venn terdapat bagian-bagian. Didalamnya terdiri dari himpunan- himpunan dan didalam himpunan tersebut terdapat elemen-elemen. Himpunan-himpunan dalam diagram venn yang merupakan himpunan semua obyek dari suatu pembicaraan disebut himpunan semesta. Konsep diagram venn tersebut dapat kita aplikasikan dalam kehidupan manusia. khususnya untuk orang islam, karena di mata Allah SWT terdapat beberapa golongan sesuai dengan tingkat keimanannya. Yakni mutaqin, mukhsin, mukmin, muslim, dan kafir. Diagram venn tersebut dapat digambarkan: Keterangan: S = Orang islam M1: Muttaqin M2 : Mukhsin M3 : mukmin M4 : Muslim K : Kafir • Dari gambar diagram venn tersebut dapat dijelaskan bahwa di mata Allah SWT orang islam dibagi dalam beberapa golongan sesuai dengan tingkat keimanannya. Yakni: muttaqin, mukmin, mukhsin, muslim dan kafir. Dimana orang islam paling sempurna ialah apabila ia telah mencapai tingkatan Muttaqin. • Muslim adalah orang yang telah bersyahadat, serta telah berserah diri dan dalam hal ini berpasrah kepada tuhan. • Mukmin adalah seorang muslim yang istiqomah atau konsisten dan berpegang teguh kepada nilai kebenaran,sampai pada hal-hal yang terkecil • Mukhsin adalah • Muttaqin adalah orang yang setiap perbuatannya sudah merupakan perwujudan dari komitmen iman dan moralnya yang tinggi. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat An-Nisa' ayat 88 " Maka mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan[328] dalam (menghadapi) orang-orang munafik, Padahal Allah telah membalikkan mereka kepada kekafiran, disebabkan usaha mereka sendiri ? Apakah kamu bermaksud memberi petunjuk kepada orang-orang yang telah disesatkan Allah[329]? Barangsiapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) kepadanya" [328] Maksudnya: golongan orang-orang mukmin yang membela orang-orang munafik dan golongan orang-orang mukmin yang memusuhi mereka. [329] Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah. dalam ayat ini, karena mereka itu ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan, Maka mereka itu menjadi sesat. HUBUNGAN ANTARA MATEMATIKA DAN AGAMA DALAM MEMBENTUK KARAKTER MATEMATIS-AGAMIS Pendahuluan Kerusakan ilmu saat ini sedang menimpa umat islam Indonesia. Di lembaga pendidikan umum terjadi kebodohan (ignorance) terhadap ilmu agama. Banyak sekali sarjana-sarjana dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu yang tidak bisa membaca Al-Quran atau memahami ajaran-ajaran pokok agama Islam. Padahal ilmu-ilmu agama adalah ilmu yang wajib dimiliki (fardlu ‘ain) oleh setiap muslim. Demikian juga, semakin bertambah ilmu semestinya bertambah pula keimanan seseorang akan Rabbnya (Nashruddin Syarif, 2013). Akan tetapi yang banyak terjadi, semakin pintar seseorang dalam ilmu pengetahuan misal matematika, tidak semakin menambah keyakinan akan Rabbnya. Pemisahan nilai-nilai ketuhanan dari setiap ilmu yang dipelajari telah menyebabkan anak didik sekuler dari nilai-nilai agamanya. Ilmu pengetahuan yang berkembang saat ini tidak terlepas dari ilmu pengetahuan Barat yang modern dan sekuler. Dalam pandangan Muhammad Naquib al-Attas (Adnin Armas, 2013) peradaban Barat modern telah membuat ilmu menjadi problematis. Sekalipun peradaban Barat modern menghasilkan juga ilmu yang bermanfaat, namun peradaban tersebut juga telah menyebabkan kerusakan dalam kehidupan manusia. Ilmu Barat modern tidak dibangun di atas wahyu dan kepercayaan agama, namun berdasarkan tradisi budaya yang diperkuat dengan spekulasi filosofis yang terkait dengan kehidupan sekuler yang memusatkan manusia sebagai makhluk rasional. Dalam pandangan Islam sumber ilmu tidak hanya berasal dari pengamatan objek fisik yang logis dan objektif, tetapi juga berasal dari wahyu, as-sunnah, akal dan kalbu, serta indera (Dinar Dewi Kania, 2013). Berbeda dengan pandangan barat yang memposisikan otak atau akal sebagai sumber ilmu, mereka berpendapat bahwa ilmu itu harus rasional dan dapat dibuktikan secara empiris. Barat menekankan bahwa, jika ilmu tidak dapat dibuktikan secara empiris maka hal itu bukan termasuk ilmu. Inilah yang dapat membahayakan umat Islam karena selama ini bersentuhan langsung dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh Barat. Sekulerisasi ilmu pengetahuan yang dikembangkan barat dapat kita lihat dari salah satu penemuan Charles Robert Darwin (1882 M). Pandangan barat mengatakan bahwa ilmu pengetahuan itu tidak berhubungan dengan agama. Dengan kata lain tidak ada hubungan antara agama dengan ilmu pengetahuan. Untuk menguatkan hal ini Darwin mengatakan bahwa Tuhan tidak berperan dalam penciptaan makhluk hidup. Bagi Darwin, asal mula spesies (origin of species) bukan berasal dari Tuhan, tetapi dari “adaptasi kepada lingkungan” (adaptation to the environment). Menurutnya lagi, Tuhan tidak menciptakan makhluk hidup, semua spesies yang berbeda sebenarnya berasal dari satu nenek moyang yang sama. Spesies menjadi berbeda antara satu dengan yang lain disebabkan kondisi alam (natural condition). Pandangan Darwin di atas jelas menunjukkan pemikiran yang sangat sekuler. Darwin berusaha berlepas diri dari agama dan memang itu keyakinan pandangan Barat agar menguatkan bahwa tidak ada hubungan sama sekali antara ilmu pengetahuan dengan agama. Bagaimana mungkin Tuhan tidak berperan dalam penciptaan makhluk hidup. Pandangan ini jelas sangat bertentangan dengan pandangan Islam. Islam mengatakan bahwa pencipta makhluk hidup dan alam semesta ini adalah Tuhan yaitu Allah SWT. Banyak sekali ayat Al-Quran yang menguatkan hal ini, diantaranya. “Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak Mengetahui.”(Al Mukmin: 57) Tidak hanya itu, Al-Quran juga merupakan sumber ilmu pengetahuan. Perhatikan arti ayat Al-Quran di bawah ini. “Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”(Al-Baqarah: 2) Hal inilah yang membedakan antara Islam dengan Barat. Al-Quran merupakan petunjuk buat umat manusia. Petunjuk tidak hanya berkaitan dengan syariat agama tetapi berkaitan pula dengan ayat-ayat kauniyah yang erat sekali dengan ilmu pengetahuan. Al-Quran juga mengungkap tentang asal mula kehidupan, siklus air, peredaran benda-benda langit, astronomi dll yang dapat menginspirasi perkembangan ilmu pengetahuan alam dan sains. Bahkan matematikapun banyak terdapat dalam ayat-ayat Al-Quran. Penciptaan alam semesta ini melalui perhitungan yang sangat detail oleh Allah SWT. Sehingga, sebenarnya Allah telah menurunkan matematika melalui ayat-ayat Al-Quran, namun kebanyakan manusia tidak menyadarinya. Demikian pula sebaliknya apakah dalam matematika memuat pula sifat-sifat agamis yang dapat menjadi karakter kepribadian manusia dalam hidup sehari-hari. Makalah ini akan menguraikan bagaimana hubungan antara agama (terutama Al-Quran) dengan matematika yang kita sebut dengan agamis-matematis demikian pula sebaliknya. Kita mulai uraian makalah ini dengan hakekat matematika terlebih dahulu. Hakekat Matematika Secara bahasa (lughawi), kata “matematika” berasal dari bahasa Yunani yaitu “mathema” atau mungkin juga “mathematikos” yang artinya hal-hal yang dipelajari. Bagi orang Yunani, matematika tidak hanya meliputi pengetahuan mengenai angka dan ruang, tetapi juga mengenai musik dan ilmu falak (astronomi). Andi Hakim Nasoetion (1980) menyatakan bahwa matematika berasal dari bahasa Yunani “mathein” atau “manthenein” yang artinya “mempelajari”. Orang Belanda, menyebut matematika dengan wiskunde, yang artinya ilmu pasti. Sedangkan orang Arab, menyebut matematika dengan ‘ilmu al hisab, artinya ilmu berhitung. Secara istilah, sampai saat ini belum ada definisi yang tepat mengenai matematika. Para ahli filsafat dan ahli matematika telah mencoba membuat definisi matematika, tetapi sampai sekarang belum ada yang menyatakan bahwa jawabannya adalah yang terakhir. Belum ada definisi yang disepakati untuk menjelaskan matematika itu apa. Di antara definisi-definisi yang dibuat para ahli matematika adalah sebagai berikut. 1. Matematika adalah ilmu tentang bilangan dan ruang. 2. Matematika adalah ilmu tentang besaran (kuantitas). 3. Matematika adalah ilmu tentang hubungan (relasi). 4. Matematika adalah ilmu tentang bentuk (abstrak). 5. Matematika adalah ilmu yang bersifat deduktif. 6. Matematika adalah ilmu tentang struktur-struktur yang logik. Meskipun sukar untuk menentukan definisi yang tepat tentang matematika, namun pada dasarnya terdapat sifat-sifat yang mudah dikenali pada matematika. Ciri khas matematika yang tidak dimiliki pengetahuan lain adalah (1) merupakan abstraksi dari dunia nyata, (2) menggunakan bahasa simbol, dan (3) menganut pola pikir deduktif (Abdussakir, 2009). Matematika merupakan abstraksi dari dunia nyata. Abstraksi secara bahasa berarti proses pengabstrakan. Abstraksi sendiri dapat diartikan sebagai upaya untuk menciptakan definisi dengan jalan memusatkan perhatian pada sifat yang umum dari berbagai objek dan mengabaikan sifat-sifat yang berlainan. Karena matematika merupakan abstraksi dari dunia nyata, maka objek matematika bersifat abstrak, tetapi dapat dipahami maknanya. Untuk menyatakan hasil abstraksi, diperlukan suatu media komunikasi atau bahasa. Bahasa yang digunakan dalam matematika adalah bahasa simbol. Untuk menyatakan bilangan “dua” digunakan simbol “2”. Simbol untuk bilangan disebut angka. Penggunaan bahasa simbol mempunyai dua keuntungan yaitu (a) sederhana dan universal, dan (b) mempunyai makna yang luas. Simbol dalam matematika juga mempunyai makna yang luas. Karena luasnya makna yang tersirat, kadang simbol matematika dikatakan tidak bermakna atau kosong dari arti. Simbol matematika kosong dari makna. Sebagai contoh, simbol “2” memang mewakili bilangan dua. Tetapi dalam hal ini “dua apa?”. Simbol itu akan mempunyai makna jika sudah dikaitkan dengan konteks tertentu, misalnya 2 buku. Selain mempunyai sifat bahwa matematika adalah abstrak dan menggunakan bahasa simbol, matematika bersifat deduktif. Matematika menganut pola pikir atau penalaran deduktif. Penalaran deduktif adalah pola berpikir yang didasarkan pada kebenaran-kebenaran yang secara umum sudah terbukti benar. Kebenaran yang diperoleh dari beberapa contoh khusus yang kemudian digeneralisasi, masih dikatakan bersifat induktif dan belum diterima kebenarannya dalam matematika. Kebenaran induktif itu akan diterima setelah dibuktikan dengan penalaran yang ketat dan logis. Meskipun matematika bersifat deduktif, ahli matematika juga tetap memperhatikan ilham, dugaan, pengalaman, daya cipta, rasa, dan fenomena dalam mengembangkan matematika. Kesimpulan dari pengembangan itu akan diterima setelah ditetapkan atau dibuktikan melalui penalaran logis. Hubungan Agama dan Matematika Ada petuah yang sangat berharga mengenai pentingnya penguasaan bahasa, yaitu “jika ingin mengenal suatu bangsa, kuasailah bahasanya”. Petuah ini mempunyai arti bahwa jika kita ingin mengenal, memahami atau bahkan berdialog dengan suatu bangsa, baik manusia maupun binatang, maka kuasailah bahasanya. Jika kita ingin berdialog dengan orang Inggris, maka kuasailah dan gunakanlah bahasa Inggris. Jika kita ingin berdialog dengan orang Malaysia, maka kuasailah dan gunakanlah bahasa Melayu. Jika kita ingin berdialog, mengerti atau memahami ayat-ayat Qauliyah, yaitu Al-Quran, maka kuasailah bahasa Arab. Lalu, jika kita ingin berdialog, mengerti atau memahami ayat-ayat kauniyah, yaitu alam semesta, jagad raya dan isinya, maka bahasa apa yang harus kita kuasai? Bahasa apa yang harus kita gunakan untuk memahaminya? Jawabannya adalah MATEMATIKA. Cobalah perhatikan tata surya. Perhatikan bentuk matahari, bumi, bulan serta planet-planet yang lain. Semuanya berbentuk bola. Perhatikan bentuk lintasan bumi saat mengelilingi matahari, demikian juga lintasan-lintasan planet lain saat mengelilingi matahari. Lintasannya berbentuk elips. Berdasarkan fakta ini, tidaklah salah jika kemudian pada sekitar tahun 1200 Masehi, Galilio Galilie mengatakan “Mathematics is the language with wich God created the universe”. Melalui penelitian dan penelaahan yang mendalam terhadap fenomena alam semesta, ilmuwan pencetus Teori Big-Bang, yaitu Stephen Hawking akhirnya mengikuti ungkapan Galilio dengan mengatakan “Tuhanlah yang menciptakan alam dengan bahasa itu (Matematika)”. Jika kita melihat ke dalam Al-Quran, maka kita tidak akan terkejut atau mungkin akan mengatakan bahwa ungkapan Galilio ataupun Hawking adalah basi. Sekitar 600 tahun sebelumnya, Al-Quran sudah menyatakan bahwa segala sesuatu diciptakan secara matematis. Perhatikan firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Qamar ayat 49 yang artinya "Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran." Semua yang ada di alam ini ada ukurannya, ada hitungan-hitungannya, ada rumusnya, atau ada persamaannya. Ahli matematika atau fisika tidak membuat suatu rumus sedikitpun. Mereka hanya menemukan rumus atau persamaan. Albert Einstein tidak membuat rumus e = mc2, dia hanya menemukan dan menyimbolkannya. Rumus-rumus yang ada sekarang bukan diciptakan manusia, tetapi sudah disediakan. Manusia hanya menemukan dan menyimbolkan dalam bahasa matematika. Lihatlah bagaimana Archimedes menemukan hitungan mengenai volume benda melalui media air. Hukum Archimedes itu sudah ada sebelumnya, dan dialah yang menemukan pertama kali melalui hasil menelaah dan membaca ketetapan Allah SWT. Pada masa-masa mutakhir ini, pemodelan-pemodelan matematika yang dilakukan manusia sebenarnya bukan membuat sesuatu yang baru. Pada hakikatnya, mereka hanya mencari persamaan-persamaan atau rumus-rumus yang berlaku pada suatu fenomena. Bahkan, wabah seperti demam berdarah, malaria, tuberkolosis, bahkan flu burung ternyata mempunyai aturan-aturan yang matematis. Sungguh, segala sesuatu telah diciptakan dengan ukuran, perhitungan, rumus, atau persamaan tertentu yang sangat rapi dan teliti. Perhatikan Al-Quran surat Al-Furqan ayat 2 yang artinya "Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya". Salah satu kegiatan matematika adalah kalkulasi atau menghitung, sehingga tidak salah jika kemudian ada yang menyebut matematika adalah ilmu hitung atau ilmu al-hisab. Dalam urusan hitung menghitung ini, Allah SWT adalah ahlinya. Allah sangat cepat dalam menghitung dan sangat teliti. Kita perhatikan ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan bahwa Allah sangat cepat dalam membuat perhitungan dan sangat teliti. Dalam Al-Quran surat An-Nuur ayat 39 disebutkan, artinya: Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya. Dalam Al-Quran surat Ali Imran ayat 199 disebutkan, artinya: Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya. Dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 202 disebutkan, artinya: dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya. Dalam Al-Quran surat Ar-Ra’d ayat 41 disebutkan, artinya: Dia-lah Yang Maha cepat perhitungan-Nya. Dalam Al-Quran surat Al-An’am ayat 62 disebutkan, artinya: Dan Dialah pembuat perhitungan yang paling cepat. Lalu, siapa yang dapat menghitung dengan cepat kalau bukan ahli matematika? Siapa yang dapat menentukan aturan-aturan, rumus-rumus, ukuran-ukuran, dan hukum-hukum jagad raya dengan begitu telitinya kalau bukan ahli matematika? Lalu, kalau Allah SWT serba maha dalam matematika, mengapa kita tidak mau mempelajarinya? Mengapa kita tidak suka bahkan benci terhadap matematika? Padahal Allah suka dan sangat pintar dalam matematika. Mengapa kita sebagai makhluknya tidak mau menyukai matematika atau bahkan tidak mau mempelajari matematika. Bagaimana kita dapat memahami alam semesta ini yang menggunakan bahasa matematika kalau kita tidak menguasai matematika? Kuncinya adalah kita harus mempelajari matematika. Banyak ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan matematika walaupun tidak tersirat secara langsung. Itulah tugas kita untuk menggalinya. Demikian pula ayat-ayat kauniyah yang ada di alam semesta ini sangat berhubungan erat dengan matematika. Inilah ciri dari karakter agamis-matematis, bahwa dalam agama juga tidak terlepas dari matematika, ada kaitan erat antara agama dengan matematika. Karakter Agamis-Matematis Pada bagian di atas, telah dijelaskan bahwa ada hubungan erat antara agama dengan matematika. Matematika memegang peranan penting untuk dapat mengungkap misteri-misteri yang ada di alam semesta ini baik itu yang tersirat di dalam Al-Quran atau yang ada dalam alam semesta itu sendiri. Namun, pada kenyataannya masih banyak di kalangan umat Islam sendiri yang membenci matematika dan menyatakan bahwa matematika merupakan ilmu kafir. Sungguh suatu fenomena yang aneh. Dzat yang disembah menyukai matematika, sedangkan penyembahnya justru membenci matematika. Ada ayat dalam Al-Quran yang secara tersirat memerintahkan umat Islam untuk mempelajari matematika, yakni berkenaan dengan masalah faraidh. Masalah faraidh adalah masalah yang berkenaan dengan pengaturan dan pembagian harta warisan bagi ahli waris menurut bagian yang ditentukan dalam Al-Quran. Untuk pembagian harta warisan perlu diketahui lebih dahulu berapa jumlah semua harta warisan yang ditinggalkan, berapa jumlah ahli waris yang berhak menerima, dan berapa bagian yang berhak diterima ahli waris. Berkenaan dengan bagian yang berhak diterima oleh ahli waris, Al-Quran menjelaskan dalam surat An-Nisaa ayat 11, 12, dan 176. Ketentuan bagian yang berhak diterima oleh ahli waris disebut furudhul muqaddarah. Terdapat enam macam furudhul muqaddarah, yaitu ..., ..., ..., ..., ..., dan .... Untuk dapat memahami dan dapat melaksanakan masalah faraidh dengan baik maka hal yang perlu dipahami lebih dahulu adalah konsep matematika yang berkaitan dengan bilangan pecahan, pecahan senilai, konsep keterbagian, faktor persekutuan terbesar (FPB), kelipatan persekutan terkecil (KPK), dan konsep pengukuran yang meliputi pengukuran luas, berat, dan volume. Pemahaman terhadap konsep-konsep tersebut akan memudahkan untuk memahami masalah faraidh. Selain masalah faraidh, tertulis dalam Al-Quran bahwa tujuan diciptakannya matahari dan bulan salah satunya adalah agar manusia dapat mengetahui perhitungan waktu, sebagaimana firman Allah dalam QS Yunus ayat 5. Artinya: Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan haq. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. Masalah penentuan awal waktu shalat, awal bulan, awal tahun, pembuatan kalender hijriyah atau masehi, bahkan arah kiblat secara tepat dan akurat banyak memerlukan bantuan matematika. Sesuatu yang sungguh tidak masuk akal adalah ketika ada seorang tokoh agama yang menetapkan awal waktu shalat dengan rubu’ tetapi membenci matematika. Dia tidak mengerti bahwa arti kata rubu’ adalah seperempat, yaitu seperempat lingkaran. Dia tidak mengerti bahwa rubu’ banyak melibatkan konsep trigonometri yang merupakan materi matematika. Apakah tidak aneh jika orang telah menggunakan matematika, tetapi menyatakan matematika ilmu kafir dan membencinya? Pada sekitar abad ke-8 dan 9 Masehi, ilmu pengetahuan yang paling disukai umat Islam adalah matematika dan astronomi. Aritmetika dipelajari oleh matematikawan muslim untuk menghitung warisan dan pembuatan kalender Islam. Matematika atau geografi astronomi diperlukan untuk menentukan arah kiblat. Astronomi juga diperlukan untuk penentuan awal shalat, awal dan akhir puasa Ramadhan, serta hari raya umat Islam. Ayat Al-Quran dan As-Sunnah banyak yang menyinggung masalah ini. Demikian pula pengetahuan mengenai posisi bintang sangat membantu dalam mengatur petunjuk perjalanan untuk menunaikan ibadah haji. Bahkan, kaum muslimin menjelang abad ke-9 terkenal sebagai pengembang observatorium. Dalam penentuan posisi hilal (bulan baru) tidak terlepas dari peran matematika. Di Indonesia disepakati untuk dapat melihat posisi hilal harus berada 3 derajat di atas ufuk. Untuk dapat mengetahui berapa besarnya 3 derajat ini harus menggunakan matematika yaitu trigonometri. Mungkin agak sedikit berbeda antara 3 derajat pada bidang datar dengan bangun ruang. Kita tahu bahwa bahwa bumi ini berbentuk bulat (bangun ruang), sehingga untuk menentukan besarnya 3 derajat ini bisa menggunakan aturan-aturan trigonometri pada bangun ruang (bola). Namun untuk dapat melihat posisi hilal kadang kala memiliki keterbatasan, misal cuaca yang tidak mendukung. Ada cara lain yang dapat digunakan untuk melihat posisi hilal apakah benar-benar sudah di atas ufuk yaitu dengan menggunakan metode hisab. Metode ini melalui perhitungan matematis peredaran matahari dan bulan selama satu tahun penuh. Dengan metode ini dapat diketahui kapan bulan baru akan muncul di atas ufuk, karena pada dasarnya semua peredaran benda-benda langit selalu tetap yaitu mengikuti sunatullah. Sehingga dalam hal ini keterbatasan dalam memahami hukum-hukum agama dapat dibantu dengan pendekatan matematis. Inilah seharusnya dapat menjadi suatu karakter mahasiswa muslim dalam memahami ayat-ayat Allah, ada kaitan erat antara agama dengan matematika. Insyaallah dapat menjadikan mahasiswa yang memiliki karakter agamis-matematis. Karakter Matematis-Agamis Banyak pandangan tentang matematika, beberapa mengemukakan tentang ciri objeknya. Ada juga yang memandangnya dari pengaruhnya terhadap pola pikir dan pola tindak seseorang. Dengan kata lain sifat yang ada pada matematika dapat mempengaruhi kepribadian seseorang. Kepribadian matematika seseorang adalah hasil tempaan dari pemahaman dan pengalamannya tentang matematika. Pengalaman seseorang atau mahasiswa tentang matematika dapat membangun pola sikap yang positif, antara lain sikap rasional, sistematis dalam bertindak, kreatif, disiplin, hati-hati dan sikap lain yang positif dalam berpikir, berbicara dan bertindak (Djoko Iswadji, 2010). Kalimat itu dapat dipahami karena matematika berkenaan dengan ide-ide abstrak yang tersusun secara hirarkis dari segi penalaran deduktif. Dengan demikian, mereka yang mempelajari matematika dengan sungguh-sungguh dan penuh pemahaman diharapkan memiliki sifat-sifat positif yang agamis, antara lain: 1. Sederhana Sifat ini dapat terbangun dari konsensus dalam matematika bahwa setiap persyaratan baik dalam penyusunan definisi, teorema, maupun penyelesaian akhir harus disajikan dalam bentuk yang paling sederhana. Sebagai contoh dalam matematika diusahakan untuk menyederhanakan bentuk pecahan atau bentuk aljabar dalam bentuk yang paling sederhana. Sifat agamis yang dapat kita ambil adalah bahwa kita dianjurkan untuk hidup secara sederhana di dunia ini dan tidak berlebih-lebihan. 2. Rasional Setiap langkah dalam penyelesaian masalah matematika secara deduktif maupun induktif harus selalu didasarkan atas alasan yang jelas, rasional dan logis dan dapat dibuktikan kebenarannya. Sifat agamis yang dapat kita ambil adalah kita harus mengemukakan alasan-alasan yang rasional dan logis dalam menyampaikan pendapat ketika berdiskusi atau bermusyawarah. 3. Sistematis Dalam setiap langkah penyelesaian masalah harus dimulai dengan suatu perencanaan yang disusun dalam urutan yang sistematis. Sifat agamis yang dapat kita ambil adalah dalam setiap kita melakukan suatu pekerjaan harus tertata dengan baik dan tidak membuat langkah yang tidak berguna. 4. Kreatif Dalam pemecahan masalah matematika dituntut kemampuan melakukan rekayasa, atau manipulasi bentuk-bentuk aljabar ataupun geometri untuk dapat memudahkan menemukan jawabannya. Sifat agamis yang dapat kita ambil adalah ketika menjumpai permasalahan dalam kehidupan kita dianjurkan agar menyelesaikannya secara kreatif. 5. Cermat dan hati-hati Dalam penyusunan definisi harus dipilih kata-kata tertentu dalam susunan yang khusus, sehingga tidak mendua arti. Demikian juga dalam perhitungan, tanpa kehati-hatian dan kecermatan, sekalipun menggunakan perlengkapan canggih, harus diutamakan agar diperoleh hasil yang optimal. Dalam matematika jika kita tidak cermat dalam melakukan perhitungan maka bisa berakibat jawaban yang salah. Sifat agamis yang dapat kita ambil adalah sifat cermat dan hati-hati sangat penting dalam kehidupan agar kita tidak salah dalam melangkah. 6. Kritis (matematika dapat menumbuhkan sifat kritis) Dalam menyelesaikan masalah kita harus kritis apakah jawaban yang ada apakah sudah benar atau belum. Bisa saja apa yang disampaikan teman, guru atau dosen dalam menjawab masalah belum sepenuhnya benar. Sifat ini sangat penting dalam kehidupan agar kita memiliki sikap yang kritis terhadap hal-hal yang ada di sekitar kita. Coba renungkan Al-Quran surat An-Nuur ayat 31. 7. Pasti Matematika bersifat pasti dan tidak menduga-duga. Jawaban masalah dalam matematika bersifat pasti, inilah yang membedakan matematika dengan ilmu yang lain. Sifat agamis yang dapat kita ambil adalah meyakani bahwa datangnya hari akhir itu pasti. 8. Sabar Belajar matematika juga mengajarkan kita menjadi orang yang sabar dalam menghadapi semua hal dalam hidup ini. Saat kita mengerjakan soal dalam matematika yang penyelesaiannya sangat panjang dan rumit, tentu kita harus bersabar dan tidak cepat putus asa. Jika ada langkah yang salah, coba untuk diteliti lagi dari awal, jangan-jangan ada angka yang salah, jangan-jangan ada perhitungan yang salah. 9. Objektif/Jujur Belajar matematika mengajarkan kepada kita sifat objektif atau jujur. Objektif dalan arti memang jawabannya seperti itu dan tidak dibuat-buat. Usahakan dalam hidup ini kita bersifat objektif dan tidak bersifat subjektif. 10. Konsisten/Istiqomah Penulisan dalam matematika selalu konsisten tidak berubah-ubah. Penulisan simbol selalu sama walaupun berbeda tempat dan wilayah. Sifat konsisten/istiqomah ini juga sesuai dengan ajaran islam bahwa kita diusahakan agar selalu istiqomah dalam menjalankan perintah Allah. Sebaik-baik amal seorang hamba adalah yang selalu istiqomah walaupun itu sedikit. 11. Efektif dan Efisien Dalam menyelesaikan masalah matematika kadang dijumpai solusi yang beragam atau dijumpai tidak hanya satu solusi. Kita harus bisa memilih mana solusi yang paling efektif agar waktu yang ditempuh efisien. Sifat ini dapat kita contoh sehari-hari dalam melakukan pekerjaan atau belajar agar efektif dan efisien. Selain itu matematika juga memiliki sifat atau karakteristik yang dapat kita kaitkan dengan kehidupan agamis. Sifat atau karakteristik bisa diambil langsung dari matematika itu sendiri. 1. Hirarkis Matematika bersifat hirarkis, untuk mengusai matematika tingkat lanjut harus mengusai tingkat dasar terlebih dahulu. Demikian pula dalam kehidupan, untuk bisa sukses dalam kehidupan harus dimulai dari dasar terlebih dulu. Banyak kita jumpai orang-orang yang sukses sekarang ini dulunya ia berasal dari kehidupan yang sederhana atau dimulai dari dasar. 2. Silaturahmi Matematika juga mengajarkan silaturahmi. Sifat ini dapat kita ambil ketika belajar pemetaan atau relasi. Dalam pemetaan setiap anggota domain dapat dipetakan ke semua anggota kodomain. Sifat yang dapat diambil adalah kita dapat bersilaturahmi kemana saja, tidak ada halangan bersilaturahmi dalam Islam. Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang merasa senang bila dimudahkan rezekinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung hubungan kekeluargaan (silaturahmi). (HR: Muslim) 3. Mengambil Saripati Konsep turunan mengajarkan kepada kita untuk dapat mengambil inti atau saripati dalam setiap proses. Untuk dapat mengetahui titik stasioner suatu fungsi maka fungsi tersebut harus diturunkan terlebih dahulu. Kadang kala kita tidak bisa mengambil manfaat langsung dari sesuatu tetapi harus diturunkan dulu, contoh: bensin diturunkan dari minyak bumi, minyak sayur diturunkan dari kopra, jus dapat diturunkan dari buah, dsb). 4. Mengembang Alam semesta ini bersifat mengembang. Konsep ini sangat relevan ketika kita belajar garis bilangan real. Garis bilangan real itu mengembang, tiada akhir baik pada sumbu positif atau negatif. Alam semesta ini mengembang dan tidak statis, seperti suatu balon yang ditiup. 5. Awal dan Akhir Kehidupan Vektor mengajarkan kepada kita untuk menggambar dari suatu pangkal dan berakhir di ujung. Demikian pula dalam kehidupan ini ada awal dan akhir. 6. Peluang Peluang mengajarkan kepada kita bahwa kemungkinan suatu kejadian itu ada. Intinya kita tidak boleh pesimis dalam hidup ini. 7. Limit Segala suatu kehidupan akan mendekati limit, contoh: keuangan, kehidupan, masalah dan bahkan sesuatu yang dibeli akan mendekati limit, dsb. 8. Islam Itu Satu Konsep integral dapat mengajarkan kepada kita bahwa islam itu satu. Bentuk integral merupakan jumlah dari suatu luasan yang mendekati tak hingga. Luasan ini tidak hanya satu tetapi banyak, yang disatukan dalam suatu simbol dalam matematika yaitu integral. Demikian pula umat islam, walaupun sekarang ini terpecah dalam berbagai kelompok namun seharusnya islam itu satu yang dapat disatukan dalam suatu sistem. “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai...” (TQS, Ali Imron: 103). 9. Siklus Kehidupan Siklus kehidupan menggambarkan naik turunnya proses kehidupan ini, kadang kala kita di atas, kadang kita di bawah. Hal ini sangat identik dengan grafik trigonometri fungsi sinus dan cosinus. Grafik ini sepertinya dapat menggambarkan suatu proses kehidupan manusia. Masih banyak materi matematika yang dapat dikaitkan dengan kehidupan ini, tentunya dilihat dari sisi agamisnya ataupun dari sisi sains. Silahkan para mahasiswa dapat menggali lebih jauh apa yang belum tertulis dalam makalah ini. Semoga tulisan ini dapat menginspirasi mahasiswa untuk dapat berperilaku secara matematis-agamis ataupun sebaliknya. Daftar Pustaka Abdussakir. 2009. Pentingnya Matematika Dalam Pemikiran Islam. Disampaikan pada Seminar Internasional “The Role of Sciences and Technology in Islamic Civilization” di UIN Malang, tahun 2009. Adnin Armas. 2013. Sekulerisasi Ilmu. Jakarta: Gema Insani. Al-Quran dan Terjemahan. Tersedia dalam Digital Quran versi 3.1. Andi Hakim Nasoetion. 1980. Landasan Matematika. Jakarta: Bhratara Karya Aksara. Dinar Dewi Kania. 2013. Objek Ilmu dan Sumber-Sumber Ilmu. Jakarta: Gema Insani. Djoko Iswadji. 2010. Matematika vs Kehidupan Manusia. Yogyakarta: UAD Nashruddin Syarif. 2013. Konsep Ilmu Dalam Islam. Jakarta: Gema Insani. Shahih Muslim. Kumpulan dan Referensi Belajar Hadits. Tersedia dalam Haditsweb versi 3.0. Matematika Dalam Islam BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tanpa disadari, hampir setiap hari sejak kita bangun tidur, menjalankan aktvtitas hingga menjelang tidur kembali, kita telah mengunakan matematika. Maematika merupakan ilmu yang setral dalam kehidupan manusia. Mulai dari anak kecil sampai orang yang sudah tua pasti membutuhkan matematika. Islam merupakan agama yang mulia, agam yang diturunkan oleh Allah SWT , agama yang penuh toleransi agama yang penuh dengan khasanah keilmuan, agama yang tidak pernah melarang umatnya untuk memperoleh semua jenis keilmuan di dunia ini. Dalam islam tidak hanya mempelajari mengenai ilmu-ilmu agama saja. Tapi islam juga memuat berbagai khasanah keilmuan, mulai dari ilmu agama , ilmu laduni, ilmu taukhid, ilmu umum baik berupa ilmu alam, ilmu kedokteran, ilmu manusia sampai ilmu matematika dipeljari dalam agama islam nan mulia ini. Islam juga sanggat memunyai peran sanggat besar dalam khasanah ilmu matematika. Banyak dalam al-quar’an termuat ayat-ayat yang mengadung isi yang berkaitan dengan matematika. Islam juga mempunyai sejarah yang tberkaitan dengan ilmu matematika, banyak ilmuan-ilmua muslim kuno yang mengembangkan dan pakar dalam bidang matemtika ini. Sehingga dalam makalah ini akan membahas tentang matematika dalam islam, seperti apa sejarah matematika dalam islam, ilmuan matematika dan banyak lagi yang akan dibahas yang berkaitan metematika dengan islam. B. RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang diatas, maka dapat diberoleh beberapa rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana sejarah matematika dalam islam ? 2. Apa devinisi matematika islam ? 3. Apa keterkaitan matematika dengan islam ? C. TUJUAN Tujuan dari dubuanya makalah ini adalah sebagai beriut : 1. Mengetahui sejarah matematika dalam islam. 2. Mengetahui devinisi matematika dalam islam. 3. Mengetahui keterkaitan matematika dengan islam. BAB II PEMBAHASAN MATEMATIKA DALAM ISLAM A. SEJARAH MATEMATIKA DALAM ISLAM Islam mulai bersemi di wilayah Maghrib - Afrika Utara - pada tahun 642 M. Setelah melalui berbagai ekspedisi penaklukan, seluruh wilayah Maghrib yang meliputi Aljazair, Mesir, Libya, Maroko, Sudan, Tunisia akhirnya berhasil dikuasai Islam pada awal abad ke-8 M. Sejak itulah, di wilayah Maghrib mulai menggeliat aktivitas intelektualitas, salah satunya adalah studi matematika. Matematika menjadi salah satu ilmu yang digemari masyarakat Afrika Utara. Saat ini, tercatat terdapat 2.000 doktor matematika yang tersebar di Afrika Utara. Sedangkan di Selatan Sahara terdapat 1.000 matematikus bergelar doktor. Ali Mostafa Mosharafa tercatat sebagai matematikus Maghrib pertama yang meraih gelar doktor dari University of London pada tahun 1923. Begitu banyaknya doktor matematika yang terdapat di benua 'hitam' itu menunjukkan betapa masih kuatnya pengaruh studi di era keemasan Islam.Dalam tulisan Prof Ahmed Djebbar seorang guru besar pada University of Sciences and Technologies Lille I di Lille, Prancis berjudul Mathematics in the Medieval Maghrib membagi perkembangan matematika di era kejayaan Islam di Afrika Utara.  Periode pertama Masa kelahiran dan perkembangan pertama matematika di Maghrib yang berlangsung dari abad ke-9 M hingga 11 M. para ilmuwan muslim menggunakan huruf-huruf abjad dalam menuliskan karangan-karangan mereka. Hisab allumal (penggunaan huruf abjad sesuai dengan nilai angkanya) digunakan oleh bangsa Arab dalam masa yang panjang dalam berbagai ilmu dan urusan perdagangan. Pengaruh hitungan ini tampak pada tabel astronomi dan hitungan berat berbagai metal. Pengenalan angka-angka India-Arab serta perluasan penggunaannya di dunia Arab dan Islam adalah berkat jasa ilmuwan terkenal, Muhammad bin Musa al-Khawarizmi (164-235 H), yang menulis buku tentang angka-angka India-Arab. Dengan demikian, bentuk-bentuk dari angka-angka India-Arab mulai menempati huruf-huruf abjad. Periode kedua Perkembangan matematika pada era kekuasaan Kerajaan Almohad yang berlangsung dari abad ke-12 M hingga 13 M. Periode ketiga Masa lahirnya teori-teori baru matematika di Maghrib pada abad ke-14 M hingga 15 M. Sedangkan, periode keempat adalah perkembangan matematika di Afrika Utara setelah abad ke-15 M. Tokoh Islam di Maghrib 1. Yahya Tercatat sebagai orang Maghrib yang pertama kali menulis buku berjudul Hisba - membahas tentang aturan transaksi perdagangan di pasar. 2. Shuqrun Ibn Ali Ahli berhitung dan falak dalam ilmu waris. Sejarawan Ibnu Khair mengungkapkan buku karya Shuqrun masih tetap dijadikan referensi pengajaran pada abad ke-12 M 3. Abu Sahl al-Qayrawani Pada abad ke-9 M, matematikus yang terekam dalam sejarah hanya satu orang, yakni Abu Sahl al-Qayrawani. Dia berhasil menulis sebuah kitab yang bertajuk Kita-b fi `l-hisab al-hindi (Buku berhitung India). Sepanjang abad ke-9 M hingga 11 M, wilayah Maghrib telah menjadi metropolis ilmu pengetahuan. Hal itu merupakan salah satu pengaruh eratnya hubungan Kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad dengan Dinasti Aghlabid. Di wilayah Maghrib pun ternyata di buat lembaga ilmu pengetahuan yang juga diberi nama Bait Al-Hikmahyang didirikan Sultan Ibrahim II (875 M - 902 M). Bait Al-Hikmah di Baghdad berdiri lebih awal yakni ketika Khalifah Harun Ar-Rasyid (786 M - 809 M) memimpin Dinasti Abbasiyah. Sejak itulah, studi matematika berkembang di wilayah Maghrib. Matematikus Abad Ke-10 M 1. Al-Utaq Al-Ifriqi (wafat 955 M) 2. Ya`qu-b Ibnu Killis (wafat 990 M) 3. Al-Huwa-ri- (wafat 1023 M) Matematikus yang mengembangkan geometri dan Aritmatika abad ke-11 M 1. Ibn Abi ar-Rijal (wafat 1034-35 M) 2. Abu As-Salt (wafat 1134 M) 3. `Abd al-Mun`im al-Kindi- (wafat 1043-44 M) 4. Ibnu `Atiya al-Katib (wafat 1016 M Matematikus 1. Al-Qurashi Nama lengkapnya Abu Al-Qasim Al-Qurashi. Dia adalah matematikus kelahiran Seville, Spanyol. Salah satu pemikirannya yang paling terkenal adalah komentarnya atas buku yang ditulis matematikus Mesir terkemuka abad ke-10 M, Abu Kamil. Buah pikir Al-Qurashi dalam Aljabar sangat berpengaruh pada sejumlah matematikus di abad berikutnya, seperti Ibnu Zakariya (wafat 1404 M). Pemikiran Al-Qurashi juga turut mempengaruhi matematikus Ibn al-Banna- (wafat 1321 M) untuk menulis Kitab al-'us ul wa-`l-muqaddimat fi-`l-jabrI (Buku dasar-dasar dan persiapan dalam Aljabar). 2. Al-Hassar Shaykh Al-Jama'a ( Pemimpin Masyarakat). Dia adalah seorang ahli matematika yang mengabdikan dirinya di kota Sebta, Maghrib. Pertama kali dia menulis kitab bertajuk Kitab al-bayan wat-tadhkar. Kitab itu merupakan semacam buku pegangan tentang penjumlahan angka-angka, operasi aritmatika terkait bilangan dan pecahan. Buku matematika kedua yang ditulis Al-Hassar berjudul Al-Kita-b al-kamil fi sina `at al-`adad (Buku lengkap tentang seni ilmu berhitung). Seperti halnya Al-Qurashi, buah pikir Al-Hassar juga begitu berpengaruh terhadap matematikus lainnya di abad-abad berikutnya. 3. IbnuAl-Yasamin Ibnu Al-Yasamin Matematikus terkemuka di Afrika Utara pada abad ke-12 M. Dia sukses menulis dua puisi lainnya tentang matematika. Namun, ketimbang tiga puisi yang dihasilkannya, kitab Talqi-h al-afkar bi rushum huruf al-ghubr dinilai para ahli sejarah sebagai hasil karya Ibnu Al-Yasamin yang paling penting baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Kitab yang ditulis Ibnu Al-Yasamin itu tebalnya mencapai 200 halaman. Isinya mengupas tentang ilmu penjumlahan serta geometri. Hasil pemikirannya itu banyak mempengaruhi para ahli matematika Muslim di abad ke-14 M dan 15 M, seperti Ibnu Qunfudh (wafat 1407 M) serta Al-Qalasadi- (wafat 1486 M). 4. Ibnu Mun`im Ibnu Mun'im dikenal sebagai spesialis terbaik dalam Geometri dan Teori Ilmu Hitung. Ibnu Mun'im sebenarnya adalah seorang dokter. Namun, dia lebih banyak mengisi waktunya dengan mengembangkan matematika. Dalam bidang matematika, Ibnu Mun`im telah berhasil mempublikasikan beragam masalah yang dikaji Ibnu Mun'im antara lain; geometri Euclid, penjumlahan, teori ilmu hitung serta pembuatan segi empat besar. Salah satu karyanya yang masih tetap survive hingga kini adalah Fiqh al-hisab (Ilmu Penjumlahan). Uniknya, judul kitab yang ditulisnya tak mencerminkan keberagaman dan kekayaan dari isi bukunya. B. DEFINISI MATEMATIKA ISLAM 1. Matematika Islam Jaman Keemasan Jaman keemasan matematika islam terbentang dari abad ke-8 sampai abad ke-15 masehi. Matematikus islam sangat produktif menciptakan karya-karya matematika orisinil. Mereka juga menerjemahkan karya-karya matematika Yunani kuno semisal Euclid, Pythagoras, dan lain-lain. Untuk definisi matematika islam jenis jaman keemasan ini, tampaknya tidak ada yang tidak setuju. Karena matematika benar-benar subur di tangan para matematikus islam waktu itu. Meski ada sedikit orang barat yang mencibir bahwa matematika islam jaman keemasan adalah sekedar menerjemahkan matematika karya Yunani kuno. Tentu kita dapat dengan mudah menyanggah pendapat di atas. Cukup tunjukkan sistem bilangan desimal karya AlKhawritzmi, selesai sudah. Apalagi bila melanjutkan dengan bidang aljabar karya AlKhawaritzmi dan puncaknya oleh Oemar Khayyam. Tambahan lagi teori kalkulus juga sudah mulai tumbuh di jaman keemasan Islam. Tetapi kita masih memiliki masalah dengan definisi jenis ini. Bagaimana matematika Islam setelah jaman keemasan? 2. Interpretasi Kitab Suci dengan Angka-angka Definisi ini sangat kreatif. Misalnya huruf-huruf dalam ayat Basmalah terdiri dari 19 huruf. Sedangkan jumlah surat dalam AlQuran adalah 114 surat. Perhatikan bahwa 114 adalah kelipatan 19 yakni, 114 = 19 x 6. Bilangan yang sering menjadi perhatian adalah bilagan 7. Surat AlFatihah terdiri dari 7 ayat. Nabi Yusuf berhasil menafsirkan mimpi raja yang berkaitan dengan angka 7. Surat AlBaqarah banyak menyimpan rahasia angka 7. Dan masih banyak lagi. Definisi jenis kedua ini terasa sangat mengasyikkan. Mengapa? Karena kita mengkaji langsung kitab suci. Jadi sangat terasa islamnya. Apa masalahnya dengan definisi jenis ini? Masalahnya adalah: mana matematikanya? Jenis kedua ini sering hanya mengungkapkan aspek aritmetika khusus dari matematika. Sedangkan sisi matematika yang lain sangat sedikit diungkapkan. 3. Kontekstualisasi Islam dari Matematika Definisi ini juga menarik. Menerapkan beragam konsep matematika dalam konteks dunia islam. Misalnya menerapkan matematika untuk menghitung faraid – sistem waris – dalam islam. Menerapkan teori matematika untuk menentukan waktu jam sholat dan lain-lain. Lebih aplikatif lagi kita dapat menerapkan matematika untuk kehidupan sehari-hari konteks islam. Bila setiap hari Achmad membaca AlQuran 1/4 juz maka butuh berapa hari untuk mengkhatamkan – menamatkan – AlQuran? C. KETERKAITAN MATEMATIKA DENGAN ISLAM 1. Relasi Pada matematika simbol X dan Y, biasanya digunakan untuk penyimbolan pada fungsi maupun himpunan, X untuk daerah asal (domain) dan Y daerah kawan (kodomain). Disini saya akan menggunakan simbol X dan Y untuk menyimbolkan laki – laki dan Perempuan. Berikut ini akan dipaparkan beberapa kesamaan antara agama Islam dan Matematika secara satu persatu. Relasi berasal dari kata bahasa Inggris relation yang berarti hubungan. Dalam dunia Islam hubungan antara umat islam dengan umat islam yang lain (yang saya maksud disini antara pria dan wanita yang belum menikah) selama tidak menimbulkan fitnah dan tidak keluar dari jalur syariat maka diperbolehkan, bahkan bergaul dengan umat yang berbeda agamapun diperbolehkan. Dengan kata lain adalah hubungan yang sehat, tidak saling bertukar virus lewat cairan dan sebagainya. Tiap orang boleh berteman dengan satu orang, dua orang dan banyak orang tidak dibatasi. Bahkan seseorang dapat memilih untuk tidak bergaul dengan orang lain (mungkin orang yang akan diajak bergaul,tersebut membawa pengaruh buruk dalam lingkungan) Seperti yang diterangkan dalam QS Al Insaan ayat 24 : Maka Bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antar mereka.( QS.Al Insaan: 24) Dalam matematika juga terdapat istilah Relasi yang artinya tidak jauh beda dengan arti relasi di atas. Semisal ada himpunan X={1,2,3,4} dan Y= {a,b,c} Salah satu relasi yang dapat dibuat dari X dan Y dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Contoh relasi disamping menghubungkan antara sebagian anggota X ke sebagian anggota Y, yaitu 1 dengan a, 2 dengan b,2 dengan c, 4 dengan a,dan 4 dengan c. Jadi relasi dalam matematika tidak membatasi anggota X dalam menjalin hubungan dengan anggota Y, boleh hanya satu relasi, dua relasi, tiga relasi, dan bahkan tidak melakukan hubungan pun juga diperbolehkan. Dapat disimpulkan, relasi dalam Islam dan relasi dalam matematika mempunyai persamaan. Seperti yang diterangkan Dalam Alqur'an : yang artinya: Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. dan Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya[263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain[264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu. ( QS Annisaa' : 1) 2. Statistika Deskriptif Statistika deskriptif adalah bagian dari ilmu matematika yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu data sehingga memberikan informasi yang berguna, berkenaan dengan bagaimana data dapat digambarkan dideskripsikan atau disimpulkan baik secara numerik (missal menghitung rata-rata dan deviasi standar) atau secara grafis (dalam bentuk tabel atau grafik) untuk mendapatkan gambaran sekilas mengenai data tersebut sehingga lebih mudah dibaca dan bermakna. Statistika deskriptif hanya memberikan informasi mengenai data dan tidak pas digunakan untuk mengambi keputusan. Sebagai contoh, misalnya: terdapat sebuah keluarga yang terdiri dari anggota keluarga, yaitu Bapak, Ibu, dan tiga anak. Setiap hari mereka rutin membaca AL Qur'an. Bapak biasa membaca AL Qur'an 30-60 ayat/hari, ibu biasa membaca AL Qur'an 45-100 ayat/hari, anak pertama biasa membaca AL Qur'an 20-50 ayat/hari, anak kedua biasa membaca AL Qur'an 10-30 ayat/hari, dan anak yang terakhir hanya mampu membaca maksimal 5-10 ayat/hari karena ia masih dalam proses belajar membaca AL Qur'an. Amalan-amalan yang dilakukan oleh keluarga diatas bisa di sajikan dalam tabel seperti dibawah ini: No AnggotaKeluarga Jumlahayat Rata-rata 1. 2. 3. 4. 5. Bapak Ibu Anak pertama Anak kedua Anak ketiga 30-60 45-100 20-50 10-30 5-10 45 72.5 35 20 7.5 Dalam kehidupan sehari-hari selama di dunia segala tindakan atau perbuatan manusia baik kebaiakan maupun keburukan selalu dicatat oleh malaikat yang bertugas mencatat amal baik dan amal buruk yaitu malaikat rakib dan atib. Dan setiap orangpun belum tentu memiliki amalan-amalan yang sama dalam kesehariannya.Kemudian catatan amalan-amalan itu dikumpulkan sampai pada hari kiamat. Dan pada saat seluruh manusia dikumpulkan di yaumul mahsyar, catatan amalan-amalan perbuatan itu dibuka kembali dan diperlihatkan kepada semua manusia tentang amalan perbuatan mereka selama hidup didunia. Hal ini sesuai dengan firman Alloh dalam surat AL Mujadilah ayat 6,yang Artinya 29. Dan segala sesuatu Telah kami catat dalam suatu kitab[1548]. [1548] yang dimaksud dengan kitab di sini adalah buku catatan amalan manusia. 3. Konsep Limas Segi Enam Dalam Islam Di dalam matematika kita mengenal bangun ruang limas segi enam yang memiliki alas berbentuk segi enam dan memiliki sisi tegak yang berbentuk segi tiga serta dalam Islam kita mengenal rukun iman yang terdiri dari enam point. Bila kita lihat, keduanya saling berhubungan. Perhatikan gambar barikut ini . T = Iman A = Beriman kepada Allah B = Beriman kepada Malaikat C = Beriman kepada Kitab-Kitab Allah D = Beriman kepada Para Rasul E = Beriman kepada Hari Akhir F = Beriman kepada Takdir Allah Dari gambar di atas limas segi enam mempunyai tujuh titik sudut yaitu ABCDEF.T, T adalah titik puncak suatu limas segi enam yang dimisalkan sebagai iman seseorang. Tanpa bermaksud untuk menyetarakan kedudukan Allah dengan rukun-rukun iman yang lain, pokok bahasan ini akan membahas pentingnya rukun iman sebagai pondasi iman seseorang. Sebelum kita membahas rukun-rukun iman, sebaiknya kita mengerti dulu apa itu pengertian iman. Kata iman berasal dari bahasa arab yang artinya percaya. Menurut ilmu Tauhid iman didefinisikan sebagai membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dengan tindakan. Di dalam agama Islam limas Segi enam merupakan gambaran dari rukun iman yang terdiri darienamhalyaitu,  Iman Kepada Allah SWT Iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu ada dengan segala sifat keagungan-Nya, mengucapkan atau mengikrarkan adanya Allah secara Islam, dan bersedia melakukan apa yang telah dibenarkan dengan hati dan diucapkan secara lisan sebagai konsekuensi keimanan seseorang. Perintah beriman kepada Allah SWT merupakan perintah Allah kepada umat manusia. Firman-Nya dalam Al Quran : Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat sejauh-jauhnya.( QS An-Nisaa':136)  Iman Kepada Malaikat Iman kepada malaikat adalah yakin dan percaya dengan sepenuh hati bahwa malaikat merupakan makhluk Allah yang baik dan mendapatkan tugas masing-masing sesuai dengan perintahAllahSWT.  Iman Kepada Kitab- Kitab Allah Iman kepada kitab-kitab Allah adalah mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah menurunkan wahyu-Nya kepada para Rasul berupa kitab-kitab sebagai pegangan hidupnya dan umatnya. Kitab-kitab yang wajib diimani dan diketahui ada 4 yaitu, Taurat, Zabur, Injil, Al Quran  Iman Kepada Rosul Allah Iman kepada Rasul Allah adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa rasul adalah orang yang telah menerima wahyu dari Allah untuk disampaikan kepada umatnya agar mereka beriman, selamat dan bahagia baik di dunia maupun di akhirat.  Iman Kepada Hari Akhir Iman kepada hari akhir adalah yakin dan percaya dengan sepenuh hati bahwa hari akhir itu ada dan pasti akan datang.  Iman Kepada Qodla dan Qodar Iman kepada qadla dan qadar adalah percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu dan Dia telah menyuruh dan melarang. Dari ke-enam hal tersebut saling berhubungan untuk menuju ke titik T sebagai iman, karena apabila kehilangan salah satu garis saja maka, bangun limas segi enam tersebut tidak akan berdiri tegak. Hal ini sama saja dengan keimanan seseorang, karena jika salah satu saja tidak terpenuhi maka, keimanan seseorang tidak akan sempurna. 4. Hubungan PHI dengan Al-Qur’an Bagi orang muslim, Al-Qur'an adalah salah satu kitab suci yang memiliki semua rahasia kehidupan. Dalam posting ini, saya akan membahas salah satu ilmu pengetahuan yang ada di dalam Al-Qur'an yang mungkin tidak diketahui semua orang, yaitu hubungan antara thawaf dengan ka'bah. Thawaf merupakan salah satu rukun haji, yaitu mengelilingi ka'bah. Firman Alloh SWT yang artinya: 29. Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran[987] yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka[988] dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah). [987] yang dimaksud dengan menghilangkan kotoran di sini ialah memotong rambut, mengerat kuku, dan sebagainya. [988] yang dimaksud dengan Nazar di sini ialah nazar-nazar yang baik yang akan dilakukan selama ibadah haji. Dari 'Aisyah : " Bahwasaanya Nabi SAW ketika sampai di Makkah, adalah pekerjaan yang mula-mula beliau kerjakan, ialah mengambil air sembahyang kemudian beliau Thawaf". Riwayat Bukhari dan Muslim. Sebagaimana kita ketahui, thawaf adalah berjalan keliling yang membentuk lingkaran dan dilakukan sebanyak tujuh kali. Sabda Rosululloh SAW : Dari jabir : " Bahwasannya Nabi besar SAW, tatkala sampai mekah telah mendekatkan ke hajar aswad, kemudian beliau sapu hajar aswad itu dengan tangan beliau , kemudian beliau berjalan ke sebelah kanan beliau ; berjalan cepat tiga kali berkeliling dan berjalan biasa empat kali berkeliling". Riwayat Muslim dan Nasai. Dari Abu Huraira, bahwasannya ia telah mendengar Nabi SAW bersabda : "Barang siapa berkeliling ka'bah tujuh kali dan ia tidak berkata selain dari : Maha Suci Alloh dan segala puli bagi Alloh, tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Alloh, Alloh Maha Besar dan tidak ada daya upaya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Alloh. Orang yang membaca kalimat tersebut, dihapuskan dari padanya sepuluh kejahatan, dan dituliskan sepuluh kebaikan dan diangkat derajatnya sepuluh tingkat ". Riwayat Ibnu Majah. Didalam rumus luasan atau kelilling lingkaran selalu digunakan alat ukur yang disebut phi yang besarnya . Angka 22 dan 7 mempunyai korelasi dengan ibadah haji dan rukun thawaf. Surah yang artinya haji adalah Suarh ke- 22 yaitu Al-Hajj. Thawaf membentuk lingkaran sebanyak tujuh kali. Lihat kombinasi angkanya = 22 dan 7 . Persis sama dengan phi lingkaran yaitu . 5. Diagram Venn Dalam suatu diagram venn terdapat bagian-bagian. Didalamnya terdiri dari himpunan- himpunan dan didalam himpunan tersebut terdapat elemen-elemen. Himpunan-himpunan dalam diagram venn yang merupakan himpunan semua obyek dari suatu pembicaraan disebut himpunan semesta. Konsep diagram venn tersebut dapat kita aplikasikan dalam kehidupan manusia. khususnya untuk orang islam, karena di mata Allah SWT terdapat beberapa golongan sesuai dengan tingkat keimanannya. Yakni mutaqin, mukhsin, mukmin, muslim, dan kafir. Diagram venn tersebut dapat digambarkan: Keterangan: S = Orang islam M1: Muttaqin M2 : Mukhsin M3 : mukmin M4 : Muslim K : Kafir • Dari gambar diagram venn tersebut dapat dijelaskan bahwa di mata Allah SWT orang islam dibagi dalam beberapa golongan sesuai dengan tingkat keimanannya. Yakni: muttaqin, mukmin, mukhsin, muslim dan kafir. Dimana orang islam paling sempurna ialah apabila ia telah mencapai tingkatan Muttaqin. • Muslim adalah orang yang telah bersyahadat, serta telah berserah diri dan dalam hal ini berpasrah kepada tuhan. • Mukmin adalah seorang muslim yang istiqomah atau konsisten dan berpegang teguh kepada nilai kebenaran,sampai pada hal-hal yang terkecil • Mukhsin adalah • Muttaqin adalah orang yang setiap perbuatannya sudah merupakan perwujudan dari komitmen iman dan moralnya yang tinggi. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat An-Nisa' ayat 88 " Maka mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan[328] dalam (menghadapi) orang-orang munafik, Padahal Allah telah membalikkan mereka kepada kekafiran, disebabkan usaha mereka sendiri ? Apakah kamu bermaksud memberi petunjuk kepada orang-orang yang telah disesatkan Allah[329]? Barangsiapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) kepadanya" [328] Maksudnya: golongan orang-orang mukmin yang membela orang-orang munafik dan golongan orang-orang mukmin yang memusuhi mereka. [329] Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah. dalam ayat ini, karena mereka itu ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan, Maka mereka itu menjadi sesat. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Sejarah matematika dalam islam 2. Definisi matematika islam 3. Keterkaian matematika dalam islam Banyak hal yang menyangkup matematika dengan islam, seperti halnya : - Relasi - Statistika diskriptif - Konsep limas segi enam dalam islam - Hubungan phi dengan al-quar’an - Diagram Venn

Tidak ada komentar:

Posting Komentar