RELASI
ANTARA MATEMATIKA DAN AGAMA ISLAM
DISUSUN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATEMATIKA
Di Susun Oleh :
1.Lusiana Dewi A.2. Nurhariyati
3. Nurul Aftu'ah
YAYASAN AL ZAHRA
HAJAIN
SEKOLAH
MENENGAH KEJURUAN CORDOVA
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Keterkaitan
Antara Matematika Dan Islam
Assalamu'alaikum
Wr. Wb.
Pada semester lima ini kami mendapat tugas membuat
makalah tentang keterkaitan atau hubungan matematika dengan islam.
Jadi rumus apa yang ada dalam matematika di kaitkan dengan Alqur'an.
Dari hasil musyawarah kelompok kami di dapat penjelasan keterkaitan matematika dengan islam sbb:
Silahkan dibaca..
Jadi rumus apa yang ada dalam matematika di kaitkan dengan Alqur'an.
Dari hasil musyawarah kelompok kami di dapat penjelasan keterkaitan matematika dengan islam sbb:
Silahkan dibaca..
1. RELASI
Pada matematika simbol X dan
Y, biasanya digunakan untuk penyimbolan pada fungsi maupun himpunan, X untuk
daerah asal (domain) dan Y daerah kawan (kodomain).
Disini saya akan menggunakan
simbol X dan Y untuk menyimbolkan laki – laki dan Perempuan.
Berikut ini akan dipaparkan
beberapa kesamaan antara agama Islam dan Matematika secara satu persatu.
Relasi berasal dari kata
bahasa Inggris relation yang berarti hubungan. Dalam dunia Islam
hubungan antara umat islam dengan umat islam yang lain (yang saya maksud disini
antara pria dan wanita yang belum menikah) selama tidak menimbulkan fitnah dan
tidak keluar dari jalur syariat maka diperbolehkan, bahkan bergaul dengan umat
yang berbeda agamapun diperbolehkan. Dengan kata lain adalah hubungan yang
sehat, tidak saling bertukar virus lewat cairan dan sebagainya. Tiap orang
boleh berteman dengan satu orang, dua orang dan banyak orang tidak dibatasi.
Bahkan seseorang dapat
memilih untuk tidak bergaul dengan orang lain (mungkin orang yang akan diajak
bergaul,tersebut membawa pengaruh buruk dalam lingkungan)
Seperti yang diterangkan
dalam QS Al Insaan ayat 24 :
Maka Bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antar mereka.( QS.Al Insaan: 24)
Dalam matematika juga
terdapat istilah Relasi yang artinya tidak jauh beda dengan arti relasi di
atas.
Semisal ada himpunan X={1,2,3,4}
dan Y= {a,b,c}
Salah satu relasi yang dapat
dibuat dari X dan Y dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Contoh relasi disamping
menghubungkan antara sebagian anggota X ke sebagian anggota Y, yaitu 1 dengan
a, 2 dengan b,2 dengan c, 4 dengan a,dan 4 dengan c.
Jadi relasi dalam matematika
tidak membatasi anggota X dalam menjalin hubungan dengan anggota Y, boleh hanya
satu relasi, dua relasi, tiga relasi, dan bahkan tidak melakukan hubungan pun
juga diperbolehkan.
Dapat
disimpulkan, relasi dalam Islam dan relasi dalam matematika mempunyai
persamaan.
Seperti yang diterangkan
Dalam Alqur'an :
yangartinya:
Hai
manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
lagi Maha Mengenal.danHai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan
kamu dari seorang diri, dan dari padanya[263] Allah menciptakan isterinya; dan
dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu
saling meminta satu sama lain[264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu. ( QS Annisaa' : 1)
2. STATISTIKA
DESKRIPTIF
Statistika deskriptif adalah
bagian dari ilmu matematika yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian
suatu data sehingga memberikan informasi yang berguna, berkenaan dengan
bagaimana data dapat digambarkan dideskripsikan atau disimpulkan baik secara
numerik (missal menghitung rata-rata dan deviasi standar) atau secara grafis (dalam
bentuk tabel atau grafik) untuk mendapatkan gambaran sekilas mengenai data
tersebut sehingga lebih mudah dibaca dan bermakna. Statistika deskriptif hanya
memberikan informasi mengenai data dan tidak pas digunakan untuk mengambi
keputusan.
Sebagai contoh, misalnya:
terdapat sebuah keluarga yang terdiri dari anggota keluarga, yaitu Bapak, Ibu,
dan tiga anak. Setiap hari mereka rutin membaca AL Qur'an. Bapak biasa membaca
AL Qur'an 30-60 ayat/hari, ibu biasa membaca AL Qur'an 45-100 ayat/hari, anak
pertama biasa membaca AL Qur'an 20-50 ayat/hari, anak kedua biasa membaca AL
Qur'an 10-30 ayat/hari, dan anak yang terakhir hanya mampu membaca maksimal
5-10 ayat/hari karena ia masih dalam proses belajar membaca AL Qur'an.
Amalan-amalan yang dilakukan
oleh keluarga diatas bisa di sajikan dalam tabel seperti dibawah ini:
No
|
AnggotaKeluarga
|
Jumlahayat
|
Rata-rata
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Bapak
Ibu Anak pertama Anak kedua Anak ketiga |
30-60
45-100
20-50
10-30
5-10
|
45
72.5 35 20 7.5 |
Dalam kehidupan sehari-hari
selama di dunia segala tindakan atau perbuatan manusia baik kebaiakan maupun
keburukan selalu dicatat oleh malaikat yang bertugas mencatat amal baik dan
amal buruk yaitu malaikat rakib dan atib. Dan setiap orangpun belum tentu memiliki
amalan-amalan yang sama dalam kesehariannya.Kemudian catatan amalan-amalan itu
dikumpulkan sampai pada hari kiamat. Dan pada saat seluruh manusia dikumpulkan
di yaumul mahsyar, catatan amalan-amalan perbuatan itu dibuka kembali dan
diperlihatkan kepada semua manusia tentang amalan perbuatan mereka selama hidup
didunia.
Hal ini sesuai dengan firman Alloh dalam surat AL
Mujadilah ayat 6,yang Artinya
29. Dan segala
sesuatu Telah kami catat dalam suatu kitab[1548].
[1548] yang dimaksud dengan
kitab di sini adalah buku catatan amalan manusia.
3. KONSEP LIMAS SEGI ENAM DALAM ISLAM
Di dalam matematika kita mengenal bangun ruang limas segi enam yang memiliki
alas berbentuk segi enam dan memiliki sisi tegak yang berbentuk segi tiga serta
dalam Islam kita mengenal rukun iman yang terdiri dari enam point. Bila kita
lihat, keduanya saling berhubungan. Perhatikan gambar barikut
ini .
T = Iman
B =
Beriman kepada Malaikat
C =
Beriman kepada Kitab-Kitab Allah
D =
Beriman kepada Para Rasul
E =
Beriman kepada Hari Akhir
F =
Beriman kepada Takdir Allah
Dari gambar di atas limas
segi enam mempunyai tujuh titik sudut yaitu ABCDEF.T, T adalah titik puncak
suatu limas segi enam yang dimisalkan sebagai iman seseorang. Tanpa bermaksud
untuk menyetarakan kedudukan Allah dengan rukun-rukun iman yang lain, pokok
bahasan ini akan membahas pentingnya rukun iman sebagai pondasi iman seseorang.
Sebelum kita membahas rukun-rukun iman, sebaiknya kita mengerti dulu apa itu
pengertian iman.
Kata iman berasal dari
bahasa arab yang artinya percaya. Menurut ilmu Tauhid iman didefinisikan
sebagai membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan
dengan tindakan.
Di dalam agama Islam limas Segi enam merupakan
gambaran dari rukun iman yang terdiri dari enam hal yaitu,
1.Iman kepada Allah SWT
1.Iman kepada Allah SWT
Iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu ada dengan
segala sifat keagungan-Nya, mengucapkan atau mengikrarkan adanya Allah secara
Islam, dan bersedia melakukan apa yang telah dibenarkan dengan hati dan
diucapkan secara lisan sebagai konsekuensi keimanan seseorang.
Perintah beriman kepada
Allah SWT merupakan perintah Allah kepada umat manusia.
Firman-Nya dalam Al Quran :
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman
kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada
rasul-Nya serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari
Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat sejauh-jauhnya.( QS An-Nisaa'
: 136)
2.Iman kepada Malaikat
Iman kepada malaikat adalah yakin dan percaya dengan sepenuh hati bahwa malaikat merupakan makhluk Allah yang baik dan mendapatkan tugas masing-masing sesuai dengan perintah Allah SWT.
3.Iman kepada Kitab-Kitab Allah
2.Iman kepada Malaikat
Iman kepada malaikat adalah yakin dan percaya dengan sepenuh hati bahwa malaikat merupakan makhluk Allah yang baik dan mendapatkan tugas masing-masing sesuai dengan perintah Allah SWT.
3.Iman kepada Kitab-Kitab Allah
Iman kepada kitab-kitab
Allah adalah mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah
menurunkan wahyu-Nya kepada para Rasul berupa kitab-kitab sebagai pegangan
hidupnya dan umatnya.
Kitab-kitab yang wajib diimani dan diketahui ada 4
yaitu, Taurat, Zabur, Injil, Al Quran.
4.Iman kepada
Rasul Allah
Iman kepada Rasul Allah adalah meyakini dengan sepenuh
hati bahwa rasul adalah orang yang telah menerima wahyu dari Allah untuk
disampaikan kepada umatnya agar mereka beriman, selamat dan bahagia baik di
dunia maupun di akhirat.
5. Iman kepada
Hari Akhir
Iman kepada hari akhir adalah yakin dan percaya dengan
sepenuh hati bahwa hari akhir itu ada dan pasti akan datang.
6. Iman kepada
Qadla dan Qadar
Iman kepada qadla dan qadar
adalah percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah telah menciptakan
segala sesuatu dan Dia telah menyuruh dan melarang.
Dari ke-enam hal tersebut saling berhubungan untuk menuju ke titik T sebagai
iman, karena apabila kehilangan salah satu garis saja maka, bangun limas segi
enam tersebut tidak akan berdiri tegak. Hal ini sama saja dengan keimanan
seseorang, karena jika salah satu saja tidak terpenuhi maka, keimanan seseorang
tidak akan sempurna.
4. KEHIDUPAN DUNIA PENENTU KEBAHAGIAAN DI AKHIRAT
Kehidupan manusia adalah
cermin dari keputusan yang telah dibuatnya. Terjadinya bencana banjir, longsor,
dan fenomena sosial lainnya yang terjadi di beberapa kota, merupakan sebagian
contoh dari buah keputusan yang telah diambil kita sebelumnya. Prinsip ini,
harus benar-benar kita sadari dan pahami dalam setiap langkah kita hidup di
dunia. Bila tidak, maka siap-siap kesengsaraan dan kerugian menyelimuti kita.
Seperti dalam firman Allah dalam surat Al-Hasyr 18 :
"Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan."
Ayat dan keterangan diatas
erat kaitannya dengan ilmu matematika, yaitu tentang refleksi. Oleh karena itu,
terlebih dahulu akan dijelaskan tentang refleksi dalam ilmu matematika. Berikut
pengertian dari refleksi dalam ilmu matematika:
Perhatikan gambar dibawah
ini :
Gambar di samping merupakan
contoh refleksi yang sering anda jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Sebuah bangunan
direfleksikan oleh danau. Gambar bangunan di bawah permukaan air merupakan
bayangan dari bangunan di daratan tepi danau.
Refleksi merupakan salah
satu jenis transformasi. Untuk melakukan suatu refleksi diperlukan sumbu
refleksi atau sumbu simetri atau garis refleksi atau garis cermin.
Pada gambar di bawah, ABC
dengan titik sudut A(5, 1), B(6,5 , 2), dan C(3, 3) direfleksikan terhadap
garis x = 3. Bayangannya adalah ?A'B'C' dengan A'(1,1), B'(-0,5 , 2), dan
C(3,3).
Perhatikan bahwa pada suatu
refleksi ukuran bangun tidak berubah dan titik pada bangun yang terletak pada
sumbu refleksi tidak berpindah letaknya. Titik C pada gambar di atas berimpit
dengan titik C'. Jadi titik C dan bayangannya merupakan titik yang sama.
Dalam ajaran islam,
kehidupan di akhirat adalah kehidupan yang berkekalan dan tiada berkesudahan.
Ganjaran dan balasan di akhirat sangat setimpal dengan amalan setiap
makhluknya. Ini adalah bukti keadilan Allah SWT. Sesungguhnya kehidupan akhirat
itu berkait rapat dengan kehidupan kita semasa di dunia ini. Jika amalan kita
soleh, maka sejahtera dan berbahagialah kita di akhirat kelak. Tetapi sekiranya
amalan kita buruk, maka derita dan sengsaralah kita.
Firman Allah dalam surat
Al-Israa' 72 :
"Dan barangsiapa
yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta
(pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)."
Firman Allah dalam surat
Al-Qashash 84 :
"Barangsiapa
yang datang dengan (membawa) kebaikan, maka baginya (pahala) yang lebih baik
daripada kebaikannya itu; dan barangsiapa yang datang dengan (membawa)
kejahatan, maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah
mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka
kerjakan."
Menurut
pengertian refleksi diatas, kehidupan di akhirat adalah cerminan atau refleksi
dari kehidupan manusia didunia. Yang barang siapa menanam kebaikan di dunia,
maka kebaikan pula yang akan kita petik di akhirat. Begitu pula sebaliknya,
barang siapa menanam keburukan di dunia, maka keburukan pula yang akan kita
petik di akhirat.
5. HUBUNGAN PHI DENGAN AL-QUR'AN
Bagi orang muslim, Al-Qur'an
adalah salah satu kitab suci yang memiliki semua rahasia kehidupan. Dalam
posting ini, saya akan membahas salah satu ilmu pengetahuan yang ada di dalam
Al-Qur'an yang mungkin tidak diketahui semua orang, yaitu hubungan antara thawaf
dengan ka'bah.
Thawaf merupakan salah satu
rukun haji, yaitu mengelilingi ka'bah.
Firman Alloh SWT yang
artinya:
29. Kemudian,
hendaklah mereka menghilangkan kotoran[987] yang ada pada badan mereka dan
hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka[988] dan hendaklah mereka
melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah).
[987] yang dimaksud dengan
menghilangkan kotoran di sini ialah memotong rambut, mengerat kuku, dan
sebagainya.
[988] yang dimaksud dengan
Nazar di sini ialah nazar-nazar yang baik yang akan dilakukan selama ibadah
haji.
Dari 'Aisyah :
" Bahwasaanya Nabi SAW ketika sampai di Makkah, adalah pekerjaan yang
mula-mula beliau kerjakan, ialah mengambil air sembahyang kemudian beliau
Thawaf". Riwayat Bukhari dan Muslim.
Sebagaimana kita ketahui,
thawaf adalah berjalan keliling yang membentuk lingkaran dan dilakukan sebanyak
tujuh kali.
Sabda Rosululloh SAW :
Dari jabir :
" Bahwasannya Nabi besar SAW, tatkala sampai mekah telah mendekatkan ke
hajar aswad, kemudian beliau sapu hajar aswad itu dengan tangan beliau ,
kemudian beliau berjalan ke sebelah kanan beliau ; berjalan cepat tiga kali
berkeliling dan berjalan biasa empat kali berkeliling". Riwayat Muslim dan
Nasai.
Dari Abu
Huraira, bahwasannya ia telah mendengar Nabi SAW bersabda : "Barang siapa
berkeliling ka'bah tujuh kali dan ia tidak berkata selain dari : Maha Suci
Alloh dan segala puli bagi Alloh, tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali
Alloh, Alloh Maha Besar dan tidak ada daya upaya dan kekuatan kecuali dengan
pertolongan Alloh. Orang yang membaca kalimat tersebut, dihapuskan dari padanya
sepuluh kejahatan, dan dituliskan sepuluh kebaikan dan diangkat derajatnya
sepuluh tingkat ". Riwayat Ibnu
Majah.
Didalam
rumus luasan atau kelilling lingkaran selalu digunakan alat ukur yang disebut phi
yang besarnya .
Angka
22 dan 7 mempunyai korelasi dengan ibadah haji dan rukun thawaf.
Surah yang artinya haji adalah Suarh ke- 22 yaitu Al-Hajj.
Thawaf
membentuk lingkaran sebanyak tujuh kali. Lihat kombinasi angkanya = 22
dan 7 . Persis sama dengan phi lingkaran yaitu .
6. DIAGRAM VENN
Dalam suatu diagram venn
terdapat bagian-bagian. Didalamnya terdiri dari himpunan- himpunan dan didalam
himpunan tersebut terdapat elemen-elemen. Himpunan-himpunan dalam diagram venn
yang merupakan himpunan semua obyek dari suatu pembicaraan disebut himpunan
semesta.
Konsep diagram venn tersebut
dapat kita aplikasikan dalam kehidupan manusia. khususnya untuk orang islam,
karena di mata Allah SWT terdapat beberapa golongan sesuai dengan tingkat
keimanannya. Yakni mutaqin, mukhsin, mukmin, muslim, dan kafir. Diagram venn
tersebut dapat digambarkan:
Keterangan:
S = Orang islam
M1: Muttaqin
M2 : Mukhsin
M3 : mukmin
M4 : Muslim
K : Kafir
- Dari gambar diagram venn tersebut dapat dijelaskan bahwa di mata Allah SWT orang islam dibagi dalam beberapa golongan sesuai dengan tingkat keimanannya. Yakni: muttaqin, mukmin, mukhsin, muslim dan kafir. Dimana orang islam paling sempurna ialah apabila ia telah mencapai tingkatan Muttaqin.
- Muslim adalah orang yang telah bersyahadat, serta telah berserah diri dan dalam hal ini berpasrah kepada tuhan.
- Mukmin adalah seorang muslim yang istiqomah atau konsisten dan berpegang teguh kepada nilai kebenaran,sampai pada hal-hal yang terkecil
- Mukhsin adalah
- Muttaqin adalah orang yang setiap perbuatannya sudah merupakan perwujudan dari komitmen iman dan moralnya yang tinggi.
Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat An-Nisa'
ayat 88
" Maka
mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan[328] dalam (menghadapi)
orang-orang munafik, Padahal Allah telah membalikkan mereka kepada kekafiran,
disebabkan usaha mereka sendiri ? Apakah kamu bermaksud memberi petunjuk kepada
orang-orang yang telah disesatkan Allah[329]? Barangsiapa yang disesatkan
Allah, sekali-kali kamu tidak mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk)
kepadanya"
[328] Maksudnya: golongan
orang-orang mukmin yang membela orang-orang munafik dan golongan orang-orang
mukmin yang memusuhi mereka.
[329] Disesatkan Allah
berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami
petunjuk-petunjuk Allah. dalam ayat ini, karena mereka itu ingkar dan tidak mau
memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan, Maka mereka
itu menjadi sesat.
HUBUNGAN ANTARA MATEMATIKA
DAN AGAMA DALAM
MEMBENTUK KARAKTER MATEMATIS-AGAMIS
Pendahuluan
Kerusakan
ilmu saat ini sedang menimpa umat islam Indonesia. Di lembaga pendidikan umum
terjadi kebodohan (ignorance) terhadap
ilmu agama. Banyak sekali sarjana-sarjana dalam bidang ilmu pengetahuan
tertentu yang tidak bisa membaca Al-Quran atau memahami ajaran-ajaran pokok
agama Islam. Padahal ilmu-ilmu agama adalah ilmu yang wajib dimiliki (fardlu ‘ain) oleh setiap muslim.
Demikian juga, semakin bertambah ilmu semestinya bertambah pula keimanan
seseorang akan Rabbnya (Nashruddin Syarif, 2013). Akan tetapi yang banyak
terjadi, semakin pintar seseorang dalam ilmu pengetahuan misal matematika,
tidak semakin menambah keyakinan akan Rabbnya. Pemisahan nilai-nilai ketuhanan
dari setiap ilmu yang dipelajari telah menyebabkan anak didik sekuler dari
nilai-nilai agamanya.
Ilmu
pengetahuan yang berkembang saat ini tidak terlepas dari ilmu pengetahuan Barat
yang modern dan sekuler. Dalam pandangan Muhammad Naquib al-Attas (Adnin Armas,
2013) peradaban Barat modern telah membuat ilmu menjadi problematis. Sekalipun
peradaban Barat modern menghasilkan juga ilmu yang bermanfaat, namun peradaban
tersebut juga telah menyebabkan kerusakan dalam kehidupan manusia. Ilmu Barat
modern tidak dibangun di atas wahyu dan kepercayaan agama, namun berdasarkan
tradisi budaya yang diperkuat dengan spekulasi filosofis yang terkait dengan
kehidupan sekuler yang memusatkan manusia sebagai makhluk rasional.
Dalam
pandangan Islam sumber ilmu tidak hanya berasal dari pengamatan objek fisik
yang logis dan objektif, tetapi juga berasal dari wahyu, as-sunnah, akal dan
kalbu, serta indera (Dinar Dewi Kania, 2013). Berbeda dengan pandangan barat
yang memposisikan otak atau akal sebagai sumber ilmu, mereka berpendapat bahwa
ilmu itu harus rasional dan dapat dibuktikan secara empiris. Barat menekankan
bahwa, jika ilmu tidak dapat dibuktikan secara empiris maka hal itu bukan
termasuk ilmu. Inilah yang dapat membahayakan umat Islam karena selama ini
bersentuhan langsung dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh
Barat.
Sekulerisasi
ilmu pengetahuan yang dikembangkan barat dapat kita lihat dari salah satu
penemuan Charles Robert Darwin (1882 M). Pandangan barat mengatakan bahwa ilmu
pengetahuan itu tidak berhubungan dengan agama. Dengan kata lain tidak ada
hubungan antara agama dengan ilmu pengetahuan. Untuk menguatkan hal ini Darwin
mengatakan bahwa Tuhan tidak berperan dalam penciptaan makhluk hidup. Bagi Darwin,
asal mula spesies (origin of species)
bukan berasal dari Tuhan, tetapi dari “adaptasi kepada lingkungan” (adaptation to the environment).
Menurutnya lagi, Tuhan tidak menciptakan makhluk hidup, semua spesies yang
berbeda sebenarnya berasal dari satu nenek moyang yang sama. Spesies menjadi
berbeda antara satu dengan yang lain disebabkan kondisi alam (natural condition).
Pandangan
Darwin di atas jelas menunjukkan pemikiran yang sangat sekuler. Darwin berusaha
berlepas diri dari agama dan memang itu keyakinan pandangan Barat agar
menguatkan bahwa tidak ada hubungan sama sekali antara ilmu pengetahuan dengan
agama. Bagaimana mungkin Tuhan tidak berperan dalam penciptaan makhluk hidup.
Pandangan ini jelas sangat bertentangan dengan pandangan Islam. Islam mengatakan
bahwa pencipta makhluk hidup dan alam semesta ini adalah Tuhan yaitu Allah SWT.
Banyak sekali ayat Al-Quran yang menguatkan hal ini, diantaranya.
“Sesungguhnya
penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi
kebanyakan manusia tidak Mengetahui.”(Al
Mukmin: 57)
Tidak
hanya itu, Al-Quran juga merupakan sumber ilmu pengetahuan. Perhatikan arti
ayat Al-Quran di bawah ini.
“Kitab (Al-Quran)
ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”(Al-Baqarah:
2)
Hal
inilah yang membedakan antara Islam dengan Barat. Al-Quran merupakan petunjuk
buat umat manusia. Petunjuk tidak hanya berkaitan dengan syariat agama tetapi
berkaitan pula dengan ayat-ayat kauniyah yang erat sekali dengan ilmu
pengetahuan. Al-Quran juga mengungkap tentang asal mula kehidupan, siklus air,
peredaran benda-benda langit, astronomi dll yang dapat menginspirasi
perkembangan ilmu pengetahuan alam dan sains. Bahkan matematikapun banyak
terdapat dalam ayat-ayat Al-Quran. Penciptaan alam semesta ini melalui
perhitungan yang sangat detail oleh Allah SWT. Sehingga, sebenarnya Allah telah
menurunkan matematika melalui ayat-ayat Al-Quran, namun kebanyakan manusia
tidak menyadarinya. Demikian pula sebaliknya apakah dalam matematika memuat
pula sifat-sifat agamis yang dapat menjadi karakter kepribadian manusia dalam
hidup sehari-hari. Makalah ini akan menguraikan bagaimana hubungan antara agama
(terutama Al-Quran) dengan matematika yang kita sebut dengan agamis-matematis
demikian pula sebaliknya. Kita mulai uraian makalah ini dengan hakekat
matematika terlebih dahulu.
Hakekat
Matematika
Secara
bahasa (lughawi), kata “matematika” berasal dari bahasa Yunani yaitu “mathema”
atau mungkin juga “mathematikos” yang artinya hal-hal yang dipelajari.
Bagi orang Yunani, matematika tidak hanya meliputi pengetahuan mengenai angka
dan ruang, tetapi juga mengenai musik dan ilmu falak (astronomi). Andi Hakim
Nasoetion (1980) menyatakan bahwa matematika berasal dari bahasa Yunani “mathein”
atau “manthenein” yang artinya “mempelajari”.
Orang Belanda, menyebut matematika dengan wiskunde, yang artinya ilmu
pasti. Sedangkan orang Arab, menyebut matematika dengan ‘ilmu al hisab,
artinya ilmu berhitung.
Secara
istilah, sampai saat ini belum ada definisi yang tepat mengenai matematika.
Para ahli filsafat dan ahli matematika telah mencoba membuat definisi
matematika, tetapi sampai sekarang belum ada yang menyatakan bahwa jawabannya
adalah yang terakhir. Belum ada definisi yang disepakati untuk menjelaskan
matematika itu apa. Di antara definisi-definisi yang dibuat para ahli
matematika adalah sebagai berikut.
1.
Matematika adalah ilmu tentang bilangan dan ruang.
2.
Matematika adalah ilmu tentang besaran (kuantitas).
3.
Matematika adalah ilmu tentang hubungan (relasi).
4.
Matematika adalah ilmu tentang bentuk (abstrak).
5.
Matematika adalah ilmu yang bersifat deduktif.
6.
Matematika adalah ilmu tentang struktur-struktur yang logik.
Meskipun
sukar untuk menentukan definisi yang tepat tentang matematika, namun pada
dasarnya terdapat sifat-sifat yang mudah dikenali pada matematika. Ciri khas
matematika yang tidak dimiliki pengetahuan lain adalah (1) merupakan abstraksi
dari dunia nyata, (2) menggunakan bahasa simbol, dan (3) menganut pola pikir
deduktif (Abdussakir, 2009).
Matematika
merupakan abstraksi dari dunia nyata. Abstraksi secara bahasa berarti proses
pengabstrakan. Abstraksi sendiri dapat diartikan sebagai upaya untuk
menciptakan definisi dengan jalan memusatkan perhatian pada sifat yang umum
dari berbagai objek dan mengabaikan sifat-sifat yang berlainan. Karena
matematika merupakan abstraksi dari dunia nyata, maka objek matematika bersifat
abstrak, tetapi dapat dipahami maknanya.
Untuk
menyatakan hasil abstraksi, diperlukan suatu media komunikasi atau bahasa.
Bahasa yang digunakan dalam matematika adalah bahasa simbol. Untuk menyatakan
bilangan “dua” digunakan simbol “2”. Simbol untuk bilangan disebut angka.
Penggunaan bahasa simbol mempunyai dua keuntungan yaitu (a) sederhana dan
universal, dan (b) mempunyai makna yang luas.
Simbol
dalam matematika juga mempunyai makna yang luas. Karena luasnya makna yang
tersirat, kadang simbol matematika dikatakan tidak bermakna atau kosong dari
arti. Simbol matematika kosong dari makna. Sebagai contoh, simbol “2” memang
mewakili bilangan dua. Tetapi dalam hal ini “dua apa?”. Simbol itu akan
mempunyai makna jika sudah dikaitkan dengan konteks tertentu, misalnya 2 buku.
Selain
mempunyai sifat bahwa matematika adalah abstrak dan menggunakan bahasa simbol,
matematika bersifat deduktif. Matematika menganut pola pikir atau penalaran
deduktif. Penalaran deduktif adalah pola berpikir yang didasarkan pada
kebenaran-kebenaran yang secara umum sudah terbukti benar. Kebenaran yang
diperoleh dari beberapa contoh khusus yang kemudian digeneralisasi, masih
dikatakan bersifat induktif dan belum diterima kebenarannya dalam matematika.
Kebenaran induktif itu akan diterima setelah dibuktikan dengan penalaran yang
ketat dan logis. Meskipun matematika bersifat deduktif, ahli matematika juga
tetap memperhatikan ilham, dugaan, pengalaman, daya cipta, rasa, dan fenomena
dalam mengembangkan matematika. Kesimpulan dari pengembangan itu akan diterima
setelah ditetapkan atau dibuktikan melalui penalaran logis.
Hubungan
Agama dan Matematika
Ada
petuah yang sangat berharga mengenai pentingnya penguasaan bahasa, yaitu “jika
ingin mengenal suatu bangsa, kuasailah bahasanya”. Petuah ini mempunyai
arti bahwa jika kita ingin mengenal, memahami atau bahkan berdialog dengan
suatu bangsa, baik manusia maupun binatang, maka kuasailah bahasanya. Jika kita
ingin berdialog dengan orang Inggris, maka kuasailah dan gunakanlah bahasa
Inggris. Jika kita ingin berdialog dengan orang Malaysia, maka kuasailah dan
gunakanlah bahasa Melayu. Jika kita ingin berdialog, mengerti atau memahami
ayat-ayat Qauliyah, yaitu Al-Quran, maka kuasailah bahasa Arab. Lalu, jika kita
ingin berdialog, mengerti atau memahami ayat-ayat kauniyah, yaitu alam
semesta, jagad raya dan isinya, maka bahasa apa yang harus kita kuasai?
Bahasa apa yang harus kita gunakan untuk memahaminya? Jawabannya adalah
MATEMATIKA.
Cobalah
perhatikan tata surya. Perhatikan bentuk matahari, bumi, bulan serta
planet-planet yang lain. Semuanya berbentuk bola. Perhatikan bentuk lintasan
bumi saat mengelilingi matahari, demikian juga lintasan-lintasan planet lain
saat mengelilingi matahari. Lintasannya berbentuk elips. Berdasarkan fakta ini,
tidaklah salah jika kemudian pada sekitar tahun 1200 Masehi, Galilio Galilie
mengatakan “Mathematics is the language with wich God created the universe”.
Melalui penelitian dan penelaahan yang mendalam terhadap fenomena alam semesta,
ilmuwan pencetus Teori Big-Bang, yaitu Stephen Hawking akhirnya mengikuti
ungkapan Galilio dengan mengatakan “Tuhanlah yang menciptakan alam dengan
bahasa itu (Matematika)”.
Jika
kita melihat ke dalam Al-Quran, maka kita tidak akan terkejut atau mungkin akan
mengatakan bahwa ungkapan Galilio ataupun Hawking adalah basi. Sekitar 600
tahun sebelumnya, Al-Quran sudah menyatakan bahwa segala sesuatu diciptakan
secara matematis. Perhatikan firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Qamar ayat 49
yang artinya
"Sesungguhnya
Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran."
Semua
yang ada di alam ini ada ukurannya, ada hitungan-hitungannya, ada rumusnya,
atau ada persamaannya.
Ahli
matematika atau fisika tidak membuat suatu rumus sedikitpun. Mereka hanya
menemukan rumus atau persamaan. Albert Einstein tidak membuat rumus e
= mc2, dia hanya menemukan dan menyimbolkannya. Rumus-rumus
yang ada sekarang bukan diciptakan manusia, tetapi sudah disediakan. Manusia
hanya menemukan dan menyimbolkan dalam bahasa matematika. Lihatlah bagaimana
Archimedes menemukan hitungan mengenai volume benda melalui media air. Hukum
Archimedes itu sudah ada sebelumnya, dan dialah yang menemukan pertama kali
melalui hasil menelaah dan membaca ketetapan Allah SWT.
Pada
masa-masa mutakhir ini, pemodelan-pemodelan matematika yang dilakukan manusia
sebenarnya bukan membuat sesuatu yang baru. Pada hakikatnya, mereka hanya
mencari persamaan-persamaan atau rumus-rumus yang berlaku pada suatu fenomena.
Bahkan, wabah seperti demam berdarah, malaria, tuberkolosis, bahkan flu burung
ternyata mempunyai aturan-aturan yang matematis. Sungguh, segala sesuatu telah
diciptakan dengan ukuran, perhitungan, rumus, atau persamaan tertentu yang
sangat rapi dan teliti. Perhatikan Al-Quran surat Al-Furqan ayat 2 yang artinya
"Dan Dia
telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan
serapi-rapinya".
Salah satu kegiatan matematika adalah kalkulasi atau
menghitung, sehingga tidak salah jika kemudian ada yang menyebut matematika
adalah ilmu hitung atau ilmu al-hisab. Dalam urusan hitung menghitung
ini, Allah SWT adalah ahlinya. Allah sangat cepat dalam menghitung dan sangat
teliti. Kita perhatikan ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan bahwa Allah sangat
cepat dalam membuat perhitungan dan sangat teliti.
Dalam Al-Quran surat An-Nuur ayat 39 disebutkan,
artinya: Allah adalah sangat cepat
perhitungan-Nya.
Dalam Al-Quran surat Ali Imran ayat 199 disebutkan,
artinya: Sesungguhnya Allah amat cepat
perhitungan-Nya.
Dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 202 disebutkan,
artinya: dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.
Dalam Al-Quran surat Ar-Ra’d ayat 41 disebutkan,
artinya: Dia-lah Yang Maha cepat perhitungan-Nya.
Dalam Al-Quran surat Al-An’am ayat 62 disebutkan,
artinya: Dan Dialah pembuat perhitungan yang
paling cepat.
Lalu, siapa yang dapat menghitung dengan cepat kalau
bukan ahli matematika? Siapa yang dapat menentukan aturan-aturan, rumus-rumus,
ukuran-ukuran, dan hukum-hukum jagad raya dengan begitu telitinya kalau bukan
ahli matematika? Lalu, kalau Allah SWT serba maha dalam matematika, mengapa
kita tidak mau mempelajarinya? Mengapa kita tidak
suka bahkan benci terhadap matematika? Padahal Allah suka dan sangat pintar
dalam matematika. Mengapa kita sebagai makhluknya tidak mau menyukai matematika
atau bahkan tidak mau mempelajari matematika. Bagaimana kita dapat memahami alam semesta ini
yang menggunakan bahasa matematika kalau kita tidak
menguasai matematika? Kuncinya adalah kita harus
mempelajari matematika. Banyak ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan
matematika walaupun tidak tersirat secara langsung. Itulah tugas kita untuk
menggalinya. Demikian pula ayat-ayat kauniyah yang ada di alam semesta ini
sangat berhubungan erat dengan matematika. Inilah ciri dari karakter
agamis-matematis, bahwa dalam agama juga tidak terlepas dari matematika, ada
kaitan erat antara agama dengan matematika.
Karakter
Agamis-Matematis
Pada
bagian di atas, telah dijelaskan bahwa ada hubungan erat antara agama dengan
matematika. Matematika memegang peranan penting untuk dapat mengungkap
misteri-misteri yang ada di alam semesta ini baik itu yang tersirat di dalam
Al-Quran atau yang ada dalam alam semesta itu sendiri. Namun, pada kenyataannya
masih banyak di kalangan umat Islam sendiri yang membenci matematika dan
menyatakan bahwa matematika merupakan ilmu kafir. Sungguh suatu fenomena yang
aneh. Dzat yang disembah menyukai matematika, sedangkan penyembahnya justru
membenci matematika.
Ada
ayat dalam Al-Quran yang secara tersirat memerintahkan umat Islam untuk
mempelajari matematika, yakni berkenaan dengan masalah faraidh. Masalah faraidh
adalah masalah yang berkenaan dengan pengaturan dan pembagian harta warisan
bagi ahli waris menurut bagian yang ditentukan dalam Al-Quran. Untuk pembagian
harta warisan perlu diketahui lebih dahulu berapa jumlah semua harta warisan
yang ditinggalkan, berapa jumlah ahli waris yang berhak menerima, dan berapa
bagian yang berhak diterima ahli waris. Berkenaan dengan bagian yang berhak
diterima oleh ahli waris, Al-Quran menjelaskan dalam surat An-Nisaa ayat 11,
12, dan 176. Ketentuan bagian yang berhak diterima oleh ahli waris
disebut furudhul muqaddarah. Terdapat enam macam furudhul
muqaddarah, yaitu ..., ..., ..., ..., ..., dan ....
Untuk
dapat memahami dan dapat melaksanakan masalah faraidh dengan baik maka
hal yang perlu dipahami lebih dahulu adalah konsep matematika yang berkaitan
dengan bilangan pecahan, pecahan senilai, konsep keterbagian, faktor
persekutuan terbesar (FPB), kelipatan persekutan terkecil (KPK), dan konsep
pengukuran yang meliputi pengukuran luas, berat, dan volume. Pemahaman terhadap
konsep-konsep tersebut akan memudahkan untuk memahami masalah faraidh.
Selain
masalah faraidh, tertulis dalam
Al-Quran bahwa tujuan diciptakannya matahari dan bulan salah satunya adalah
agar manusia dapat mengetahui perhitungan waktu, sebagaimana firman Allah dalam
QS Yunus ayat 5.
Artinya:
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu,
supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak
menciptakan yang demikian itu melainkan dengan haq. Dia menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.
Masalah
penentuan awal waktu shalat, awal bulan, awal tahun, pembuatan kalender
hijriyah atau masehi, bahkan arah kiblat secara tepat dan akurat banyak
memerlukan bantuan matematika. Sesuatu yang sungguh tidak masuk akal adalah
ketika ada seorang tokoh agama yang menetapkan awal waktu shalat dengan rubu’ tetapi membenci
matematika. Dia tidak mengerti bahwa arti kata rubu’ adalah seperempat, yaitu seperempat lingkaran. Dia tidak mengerti
bahwa rubu’ banyak melibatkan konsep trigonometri yang merupakan materi
matematika. Apakah tidak aneh jika orang telah menggunakan matematika,
tetapi menyatakan matematika ilmu kafir dan membencinya?
Pada
sekitar abad ke-8 dan 9 Masehi, ilmu pengetahuan yang paling disukai umat Islam
adalah matematika dan astronomi. Aritmetika dipelajari oleh matematikawan
muslim untuk menghitung warisan dan pembuatan kalender Islam. Matematika atau
geografi astronomi diperlukan untuk menentukan arah kiblat. Astronomi juga
diperlukan untuk penentuan awal shalat, awal dan akhir puasa Ramadhan, serta
hari raya umat Islam. Ayat Al-Quran dan As-Sunnah banyak yang menyinggung
masalah ini. Demikian pula pengetahuan mengenai posisi bintang sangat membantu
dalam mengatur petunjuk perjalanan untuk menunaikan ibadah haji. Bahkan, kaum
muslimin menjelang abad ke-9 terkenal sebagai pengembang observatorium.
Dalam
penentuan posisi hilal (bulan baru) tidak terlepas dari peran matematika. Di
Indonesia disepakati untuk dapat melihat posisi hilal harus berada 3 derajat di
atas ufuk. Untuk dapat mengetahui berapa besarnya 3 derajat ini harus
menggunakan matematika yaitu trigonometri. Mungkin agak sedikit berbeda antara
3 derajat pada bidang datar dengan bangun ruang. Kita tahu bahwa bahwa bumi ini
berbentuk bulat (bangun ruang), sehingga untuk menentukan besarnya 3 derajat
ini bisa menggunakan aturan-aturan trigonometri pada bangun ruang (bola). Namun
untuk dapat melihat posisi hilal kadang kala memiliki keterbatasan, misal cuaca
yang tidak mendukung. Ada cara lain yang dapat digunakan untuk melihat posisi
hilal apakah benar-benar sudah di atas ufuk yaitu dengan menggunakan metode
hisab. Metode ini melalui perhitungan matematis peredaran matahari dan bulan
selama satu tahun penuh. Dengan metode ini dapat diketahui kapan bulan baru
akan muncul di atas ufuk, karena pada dasarnya semua peredaran benda-benda
langit selalu tetap yaitu mengikuti sunatullah. Sehingga dalam hal ini
keterbatasan dalam memahami hukum-hukum agama dapat dibantu dengan pendekatan
matematis. Inilah seharusnya dapat menjadi suatu karakter mahasiswa muslim
dalam memahami ayat-ayat Allah, ada kaitan erat antara agama dengan matematika.
Insyaallah dapat menjadikan mahasiswa yang memiliki karakter agamis-matematis.
Karakter
Matematis-Agamis
Banyak
pandangan tentang matematika, beberapa mengemukakan tentang ciri objeknya. Ada
juga yang memandangnya dari pengaruhnya terhadap pola pikir dan pola tindak
seseorang. Dengan kata lain sifat yang ada pada matematika dapat mempengaruhi
kepribadian seseorang. Kepribadian matematika seseorang adalah hasil tempaan
dari pemahaman dan pengalamannya tentang matematika. Pengalaman seseorang atau
mahasiswa tentang matematika dapat membangun pola sikap yang positif, antara
lain sikap rasional, sistematis dalam bertindak,
kreatif, disiplin, hati-hati dan sikap lain yang positif dalam berpikir,
berbicara dan bertindak (Djoko
Iswadji, 2010). Kalimat itu dapat dipahami karena matematika berkenaan
dengan ide-ide abstrak yang tersusun secara hirarkis dari segi penalaran
deduktif. Dengan demikian, mereka yang mempelajari matematika dengan
sungguh-sungguh dan penuh pemahaman diharapkan memiliki sifat-sifat positif
yang agamis, antara lain:
1.
Sederhana
Sifat
ini dapat terbangun dari konsensus dalam matematika bahwa setiap persyaratan
baik dalam penyusunan definisi, teorema, maupun penyelesaian akhir harus
disajikan dalam bentuk yang paling sederhana. Sebagai contoh dalam matematika
diusahakan untuk menyederhanakan bentuk pecahan atau bentuk aljabar dalam bentuk
yang paling sederhana. Sifat agamis yang dapat kita ambil adalah bahwa kita
dianjurkan untuk hidup secara sederhana di dunia ini dan tidak
berlebih-lebihan.
2.
Rasional
Setiap
langkah dalam penyelesaian masalah matematika secara deduktif maupun induktif
harus selalu didasarkan atas alasan yang jelas, rasional dan logis dan dapat
dibuktikan kebenarannya. Sifat agamis yang dapat kita ambil adalah kita harus
mengemukakan alasan-alasan yang rasional dan logis dalam menyampaikan pendapat
ketika berdiskusi atau bermusyawarah.
3.
Sistematis
Dalam
setiap langkah penyelesaian masalah harus dimulai dengan suatu perencanaan yang
disusun dalam urutan yang sistematis. Sifat agamis yang dapat kita ambil adalah
dalam setiap kita melakukan suatu pekerjaan harus tertata dengan baik dan tidak
membuat langkah yang tidak berguna.
4.
Kreatif
Dalam
pemecahan masalah matematika dituntut kemampuan melakukan rekayasa, atau
manipulasi bentuk-bentuk aljabar ataupun geometri untuk dapat memudahkan
menemukan jawabannya. Sifat agamis yang dapat kita ambil adalah ketika
menjumpai permasalahan dalam kehidupan kita dianjurkan agar menyelesaikannya
secara kreatif.
5.
Cermat dan hati-hati
Dalam
penyusunan definisi harus dipilih kata-kata tertentu dalam susunan yang khusus,
sehingga tidak mendua arti. Demikian juga dalam perhitungan, tanpa
kehati-hatian dan kecermatan, sekalipun menggunakan perlengkapan canggih, harus
diutamakan agar diperoleh hasil yang optimal. Dalam matematika jika kita tidak
cermat dalam melakukan perhitungan maka bisa berakibat jawaban yang salah.
Sifat agamis yang dapat kita ambil adalah sifat cermat dan hati-hati sangat
penting dalam kehidupan agar kita tidak salah dalam melangkah.
6.
Kritis (matematika dapat menumbuhkan sifat kritis)
Dalam
menyelesaikan masalah kita harus kritis apakah jawaban yang ada apakah sudah
benar atau belum. Bisa saja apa yang disampaikan teman, guru atau dosen dalam
menjawab masalah belum sepenuhnya benar. Sifat ini sangat penting dalam
kehidupan agar kita memiliki sikap yang kritis terhadap hal-hal yang ada di
sekitar kita. Coba renungkan Al-Quran surat An-Nuur ayat 31.
7.
Pasti
Matematika
bersifat pasti dan tidak menduga-duga. Jawaban masalah dalam matematika
bersifat pasti, inilah yang membedakan matematika dengan ilmu yang lain. Sifat
agamis yang dapat kita ambil adalah meyakani bahwa datangnya hari akhir itu
pasti.
8.
Sabar
Belajar
matematika juga mengajarkan kita menjadi orang yang sabar dalam menghadapi
semua hal dalam hidup ini. Saat kita mengerjakan soal dalam matematika yang
penyelesaiannya sangat panjang dan rumit, tentu kita harus bersabar dan tidak
cepat putus asa. Jika ada langkah yang salah, coba untuk diteliti lagi dari
awal, jangan-jangan ada angka yang salah, jangan-jangan ada perhitungan yang
salah.
9.
Objektif/Jujur
Belajar
matematika mengajarkan kepada kita sifat objektif atau jujur. Objektif dalan
arti memang jawabannya seperti itu dan tidak dibuat-buat. Usahakan dalam hidup
ini kita bersifat objektif dan tidak bersifat subjektif.
10.
Konsisten/Istiqomah
Penulisan
dalam matematika selalu konsisten tidak berubah-ubah. Penulisan simbol selalu
sama walaupun berbeda tempat dan wilayah. Sifat konsisten/istiqomah ini juga
sesuai dengan ajaran islam bahwa kita diusahakan agar selalu istiqomah dalam
menjalankan perintah Allah. Sebaik-baik amal seorang hamba adalah yang selalu
istiqomah walaupun itu sedikit.
11.
Efektif dan Efisien
Dalam
menyelesaikan masalah matematika kadang dijumpai solusi yang beragam atau
dijumpai tidak hanya satu solusi. Kita harus bisa memilih mana solusi yang
paling efektif agar waktu yang ditempuh efisien. Sifat ini dapat kita contoh
sehari-hari dalam melakukan pekerjaan atau belajar agar efektif dan efisien.
Selain
itu matematika juga memiliki sifat atau karakteristik yang dapat kita kaitkan
dengan kehidupan agamis. Sifat atau karakteristik bisa diambil langsung dari
matematika itu sendiri.
1.
Hirarkis
Matematika
bersifat hirarkis, untuk mengusai matematika tingkat lanjut harus mengusai
tingkat dasar terlebih dahulu. Demikian pula dalam kehidupan, untuk bisa sukses
dalam kehidupan harus dimulai dari dasar terlebih dulu. Banyak kita jumpai
orang-orang yang sukses sekarang ini dulunya ia berasal dari kehidupan yang
sederhana atau dimulai dari dasar.
2.
Silaturahmi
Matematika
juga mengajarkan silaturahmi. Sifat ini dapat kita ambil ketika belajar
pemetaan atau relasi. Dalam pemetaan setiap anggota domain dapat dipetakan ke
semua anggota kodomain. Sifat yang dapat diambil adalah kita dapat bersilaturahmi
kemana saja, tidak ada halangan bersilaturahmi dalam Islam. Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang
merasa senang bila dimudahkan rezekinya dan dipanjangkan usianya, maka
hendaklah dia menyambung hubungan kekeluargaan (silaturahmi). (HR: Muslim)
3.
Mengambil Saripati
Konsep
turunan mengajarkan kepada kita untuk dapat mengambil inti atau saripati dalam
setiap proses. Untuk dapat mengetahui titik stasioner suatu fungsi maka fungsi
tersebut harus diturunkan terlebih dahulu. Kadang kala kita tidak bisa
mengambil manfaat langsung dari sesuatu tetapi harus diturunkan dulu, contoh:
bensin diturunkan dari minyak bumi, minyak sayur diturunkan dari kopra, jus
dapat diturunkan dari buah, dsb).
4.
Mengembang
Alam
semesta ini bersifat mengembang. Konsep ini sangat relevan ketika kita belajar
garis bilangan real. Garis bilangan real itu mengembang, tiada akhir baik pada
sumbu positif atau negatif. Alam semesta ini mengembang dan tidak statis,
seperti suatu balon yang ditiup.
5.
Awal dan Akhir Kehidupan
Vektor
mengajarkan kepada kita untuk menggambar dari suatu pangkal dan berakhir di
ujung. Demikian pula dalam kehidupan ini ada awal dan akhir.
6.
Peluang
Peluang
mengajarkan kepada kita bahwa kemungkinan suatu kejadian itu ada. Intinya kita
tidak boleh pesimis dalam hidup ini.
7.
Limit
Segala
suatu kehidupan akan mendekati limit, contoh: keuangan, kehidupan, masalah dan
bahkan sesuatu yang dibeli akan mendekati limit, dsb.
8.
Islam Itu Satu
Konsep
integral dapat mengajarkan kepada kita bahwa islam itu satu. Bentuk integral
merupakan jumlah dari suatu luasan yang mendekati tak hingga. Luasan ini tidak
hanya satu tetapi banyak, yang disatukan dalam suatu simbol dalam matematika
yaitu integral. Demikian pula umat islam, walaupun sekarang ini terpecah dalam
berbagai kelompok namun seharusnya islam itu satu yang dapat disatukan dalam
suatu sistem.
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai...” (TQS, Ali Imron: 103).
9.
Siklus Kehidupan
Siklus
kehidupan menggambarkan naik turunnya proses kehidupan ini, kadang kala kita di atas, kadang kita di
bawah. Hal ini sangat identik dengan grafik trigonometri fungsi sinus dan
cosinus. Grafik ini sepertinya dapat menggambarkan suatu proses kehidupan
manusia.
Masih
banyak materi matematika yang dapat dikaitkan dengan kehidupan ini, tentunya
dilihat dari sisi agamisnya ataupun dari sisi sains. Silahkan para mahasiswa
dapat menggali lebih jauh apa yang belum tertulis dalam makalah ini. Semoga
tulisan ini dapat menginspirasi mahasiswa untuk dapat berperilaku secara
matematis-agamis ataupun sebaliknya.
Daftar
Pustaka
Abdussakir. 2009. Pentingnya Matematika Dalam Pemikiran
Islam. Disampaikan pada Seminar Internasional “The Role of Sciences and
Technology in Islamic Civilization” di UIN Malang, tahun 2009.
Adnin Armas. 2013. Sekulerisasi Ilmu. Jakarta: Gema Insani.
Al-Quran dan Terjemahan. Tersedia
dalam Digital Quran versi 3.1.
Andi Hakim Nasoetion. 1980. Landasan
Matematika. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
Dinar Dewi Kania. 2013. Objek Ilmu dan Sumber-Sumber Ilmu.
Jakarta: Gema Insani.
Djoko Iswadji. 2010. Matematika vs Kehidupan Manusia.
Yogyakarta: UAD
Nashruddin Syarif. 2013. Konsep Ilmu Dalam Islam. Jakarta: Gema
Insani.
Shahih Muslim. Kumpulan dan Referensi Belajar Hadits.
Tersedia dalam Haditsweb versi 3.0.
Matematika Dalam Islam
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Tanpa
disadari, hampir setiap hari sejak kita bangun tidur, menjalankan aktvtitas
hingga menjelang tidur kembali, kita telah mengunakan matematika. Maematika
merupakan ilmu yang setral dalam kehidupan manusia. Mulai dari anak kecil
sampai orang yang sudah tua pasti membutuhkan matematika.
Islam
merupakan agama yang mulia, agam yang
diturunkan oleh Allah SWT , agama yang penuh toleransi agama yang penuh dengan
khasanah keilmuan, agama yang tidak pernah melarang umatnya untuk memperoleh
semua jenis keilmuan di dunia ini.
Dalam
islam tidak hanya mempelajari mengenai ilmu-ilmu agama saja. Tapi islam juga memuat berbagai khasanah keilmuan, mulai
dari ilmu agama , ilmu laduni, ilmu taukhid, ilmu umum baik berupa ilmu alam,
ilmu kedokteran, ilmu manusia sampai ilmu matematika dipeljari dalam agama
islam nan mulia ini.
Islam
juga sanggat memunyai peran sanggat besar dalam khasanah ilmu matematika.
Banyak dalam al-quar’an termuat ayat-ayat yang mengadung isi yang berkaitan
dengan matematika. Islam juga mempunyai sejarah yang tberkaitan dengan ilmu
matematika, banyak ilmuan-ilmua muslim kuno yang mengembangkan dan pakar dalam
bidang matemtika ini.
Sehingga
dalam makalah ini akan membahas tentang matematika dalam islam, seperti apa
sejarah matematika dalam islam, ilmuan matematika dan banyak lagi yang akan
dibahas yang berkaitan metematika dengan islam.
B.
RUMUSAN MASALAH
Dari
latar belakang diatas, maka dapat diberoleh beberapa rumusan masalah sebagai
berikut :
1.
Bagaimana sejarah matematika dalam islam ?
2.
Apa devinisi matematika islam ?
3.
Apa keterkaitan matematika dengan islam ?
C.
TUJUAN
Tujuan dari
dubuanya makalah ini adalah sebagai beriut :
1.
Mengetahui sejarah matematika dalam islam.
2.
Mengetahui devinisi matematika dalam islam.
3.
Mengetahui keterkaitan matematika dengan islam.
BAB
II
PEMBAHASAN
MATEMATIKA
DALAM ISLAM
A.
SEJARAH MATEMATIKA DALAM ISLAM
Islam mulai bersemi di
wilayah Maghrib - Afrika Utara - pada tahun 642 M. Setelah melalui berbagai
ekspedisi penaklukan, seluruh wilayah Maghrib yang meliputi Aljazair, Mesir,
Libya, Maroko, Sudan, Tunisia akhirnya berhasil dikuasai Islam pada awal abad
ke-8 M. Sejak itulah, di wilayah Maghrib mulai menggeliat aktivitas
intelektualitas, salah satunya adalah studi matematika.
Matematika menjadi salah satu ilmu yang digemari masyarakat Afrika Utara.
Saat ini, tercatat terdapat 2.000 doktor matematika yang tersebar di Afrika Utara. Sedangkan di Selatan
Sahara terdapat 1.000 matematikus bergelar doktor.
Ali Mostafa Mosharafa
tercatat sebagai matematikus Maghrib pertama yang meraih gelar doktor dari
University of London pada tahun 1923. Begitu banyaknya doktor matematika yang terdapat di benua
'hitam' itu menunjukkan betapa masih kuatnya pengaruh studi di era keemasan
Islam.Dalam tulisan Prof Ahmed Djebbar seorang guru besar pada University of
Sciences and Technologies Lille I di Lille, Prancis
berjudul Mathematics in the Medieval Maghrib membagi perkembangan
matematika di era kejayaan Islam
di Afrika Utara.
Periode
pertama
Masa kelahiran dan perkembangan pertama matematika di Maghrib yang berlangsung dari abad ke-9 M hingga 11
M. para ilmuwan muslim menggunakan huruf-huruf abjad
dalam menuliskan karangan-karangan mereka. Hisab allumal (penggunaan huruf
abjad sesuai dengan nilai angkanya) digunakan oleh bangsa Arab dalam masa yang
panjang dalam berbagai ilmu dan urusan perdagangan. Pengaruh hitungan ini
tampak pada tabel astronomi dan hitungan berat berbagai metal. Pengenalan
angka-angka India-Arab serta perluasan penggunaannya di dunia Arab dan Islam
adalah berkat jasa ilmuwan terkenal, Muhammad bin Musa al-Khawarizmi (164-235
H), yang menulis buku tentang angka-angka India-Arab. Dengan demikian,
bentuk-bentuk dari angka-angka India-Arab mulai menempati huruf-huruf abjad.
Periode
kedua
Perkembangan matematika
pada era kekuasaan Kerajaan Almohad yang berlangsung dari abad ke-12 M hingga
13 M.
Periode ketiga
Masa lahirnya teori-teori baru matematika di Maghrib pada abad ke-14 M hingga 15 M. Sedangkan,
periode keempat adalah perkembangan matematika
di Afrika Utara setelah abad ke-15 M.
Tokoh Islam
di Maghrib
1. Yahya
Tercatat sebagai orang Maghrib yang pertama kali menulis buku
berjudul Hisba - membahas tentang aturan transaksi perdagangan di pasar.
2. Shuqrun Ibn Ali
Ahli berhitung dan falak
dalam ilmu waris. Sejarawan Ibnu Khair mengungkapkan buku karya Shuqrun masih
tetap dijadikan referensi pengajaran pada abad ke-12 M
3. Abu Sahl al-Qayrawani
Pada abad ke-9 M, matematikus yang terekam dalam sejarah hanya satu orang, yakni Abu
Sahl al-Qayrawani. Dia berhasil menulis sebuah kitab yang bertajuk Kita-b fi
`l-hisab al-hindi (Buku berhitung India).
Sepanjang abad ke-9 M hingga 11 M, wilayah Maghrib telah menjadi
metropolis ilmu pengetahuan. Hal itu merupakan salah satu pengaruh eratnya
hubungan Kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad dengan Dinasti Aghlabid. Di wilayah
Maghrib pun ternyata di buat lembaga ilmu pengetahuan yang juga diberi nama
Bait Al-Hikmahyang didirikan Sultan Ibrahim II (875 M - 902 M). Bait Al-Hikmah
di Baghdad berdiri lebih awal yakni ketika Khalifah Harun Ar-Rasyid (786 M -
809 M) memimpin Dinasti Abbasiyah. Sejak itulah, studi matematika berkembang di wilayah Maghrib.
Matematikus
Abad Ke-10 M
1. Al-Utaq Al-Ifriqi (wafat 955 M)
2. Ya`qu-b Ibnu Killis (wafat 990 M)
3. Al-Huwa-ri- (wafat 1023 M)
Matematikus
yang mengembangkan geometri dan Aritmatika abad ke-11 M
1. Ibn Abi ar-Rijal (wafat 1034-35
M)
2. Abu As-Salt (wafat 1134 M)
3. `Abd al-Mun`im al-Kindi- (wafat
1043-44 M)
4. Ibnu `Atiya al-Katib (wafat 1016
M
Matematikus
1. Al-Qurashi
Nama lengkapnya Abu Al-Qasim Al-Qurashi. Dia adalah matematikus kelahiran Seville, Spanyol. Salah satu pemikirannya yang paling terkenal adalah komentarnya atas buku yang ditulis matematikus Mesir terkemuka abad ke-10 M, Abu Kamil. Buah pikir Al-Qurashi dalam Aljabar sangat berpengaruh pada sejumlah matematikus di abad berikutnya, seperti Ibnu Zakariya (wafat 1404 M). Pemikiran Al-Qurashi juga turut mempengaruhi matematikus Ibn al-Banna- (wafat 1321 M) untuk menulis Kitab al-'us ul wa-`l-muqaddimat fi-`l-jabrI (Buku dasar-dasar dan persiapan dalam Aljabar).
Nama lengkapnya Abu Al-Qasim Al-Qurashi. Dia adalah matematikus kelahiran Seville, Spanyol. Salah satu pemikirannya yang paling terkenal adalah komentarnya atas buku yang ditulis matematikus Mesir terkemuka abad ke-10 M, Abu Kamil. Buah pikir Al-Qurashi dalam Aljabar sangat berpengaruh pada sejumlah matematikus di abad berikutnya, seperti Ibnu Zakariya (wafat 1404 M). Pemikiran Al-Qurashi juga turut mempengaruhi matematikus Ibn al-Banna- (wafat 1321 M) untuk menulis Kitab al-'us ul wa-`l-muqaddimat fi-`l-jabrI (Buku dasar-dasar dan persiapan dalam Aljabar).
2. Al-Hassar
Shaykh Al-Jama'a ( Pemimpin Masyarakat). Dia adalah seorang ahli matematika yang mengabdikan dirinya di kota Sebta, Maghrib. Pertama kali dia menulis kitab bertajuk Kitab al-bayan wat-tadhkar. Kitab itu merupakan semacam buku pegangan tentang penjumlahan angka-angka, operasi aritmatika terkait bilangan dan pecahan. Buku matematika kedua yang ditulis Al-Hassar berjudul Al-Kita-b al-kamil fi sina `at al-`adad (Buku lengkap tentang seni ilmu berhitung). Seperti halnya Al-Qurashi, buah pikir Al-Hassar juga begitu berpengaruh terhadap matematikus lainnya di abad-abad berikutnya.
Shaykh Al-Jama'a ( Pemimpin Masyarakat). Dia adalah seorang ahli matematika yang mengabdikan dirinya di kota Sebta, Maghrib. Pertama kali dia menulis kitab bertajuk Kitab al-bayan wat-tadhkar. Kitab itu merupakan semacam buku pegangan tentang penjumlahan angka-angka, operasi aritmatika terkait bilangan dan pecahan. Buku matematika kedua yang ditulis Al-Hassar berjudul Al-Kita-b al-kamil fi sina `at al-`adad (Buku lengkap tentang seni ilmu berhitung). Seperti halnya Al-Qurashi, buah pikir Al-Hassar juga begitu berpengaruh terhadap matematikus lainnya di abad-abad berikutnya.
3. IbnuAl-Yasamin
Ibnu Al-Yasamin Matematikus terkemuka di Afrika Utara pada abad ke-12 M. Dia sukses menulis dua puisi lainnya tentang matematika. Namun, ketimbang tiga puisi yang dihasilkannya, kitab Talqi-h al-afkar bi rushum huruf al-ghubr dinilai para ahli sejarah sebagai hasil karya Ibnu Al-Yasamin yang paling penting baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Kitab yang ditulis Ibnu Al-Yasamin itu tebalnya mencapai 200 halaman. Isinya mengupas tentang ilmu penjumlahan serta geometri. Hasil pemikirannya itu banyak mempengaruhi para ahli matematika Muslim di abad ke-14 M dan 15 M, seperti Ibnu Qunfudh (wafat 1407 M) serta Al-Qalasadi- (wafat 1486 M).
Ibnu Al-Yasamin Matematikus terkemuka di Afrika Utara pada abad ke-12 M. Dia sukses menulis dua puisi lainnya tentang matematika. Namun, ketimbang tiga puisi yang dihasilkannya, kitab Talqi-h al-afkar bi rushum huruf al-ghubr dinilai para ahli sejarah sebagai hasil karya Ibnu Al-Yasamin yang paling penting baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Kitab yang ditulis Ibnu Al-Yasamin itu tebalnya mencapai 200 halaman. Isinya mengupas tentang ilmu penjumlahan serta geometri. Hasil pemikirannya itu banyak mempengaruhi para ahli matematika Muslim di abad ke-14 M dan 15 M, seperti Ibnu Qunfudh (wafat 1407 M) serta Al-Qalasadi- (wafat 1486 M).
4. Ibnu Mun`im
Ibnu Mun'im dikenal sebagai spesialis terbaik dalam Geometri dan
Teori Ilmu Hitung. Ibnu Mun'im sebenarnya adalah seorang dokter. Namun, dia
lebih banyak mengisi waktunya dengan mengembangkan matematika. Dalam bidang matematika,
Ibnu Mun`im telah berhasil mempublikasikan beragam masalah yang dikaji Ibnu
Mun'im antara lain; geometri Euclid, penjumlahan, teori ilmu hitung serta
pembuatan segi empat besar. Salah satu karyanya yang masih tetap survive hingga
kini adalah Fiqh al-hisab (Ilmu Penjumlahan). Uniknya, judul kitab yang
ditulisnya tak mencerminkan keberagaman dan kekayaan dari isi bukunya.
B.
DEFINISI MATEMATIKA ISLAM
1. Matematika Islam Jaman Keemasan
Jaman keemasan matematika
islam terbentang dari abad ke-8 sampai abad ke-15 masehi. Matematikus islam
sangat produktif menciptakan karya-karya matematika orisinil. Mereka juga
menerjemahkan karya-karya matematika Yunani kuno semisal Euclid, Pythagoras,
dan lain-lain.
Untuk definisi matematika
islam jenis jaman keemasan ini, tampaknya tidak ada yang tidak setuju. Karena
matematika benar-benar subur di tangan para matematikus islam waktu itu.
Meski ada sedikit orang
barat yang mencibir bahwa matematika islam jaman keemasan adalah sekedar
menerjemahkan matematika karya Yunani kuno. Tentu kita dapat dengan mudah
menyanggah pendapat di atas. Cukup tunjukkan sistem bilangan desimal karya
AlKhawritzmi, selesai sudah.
Apalagi bila melanjutkan
dengan bidang aljabar karya AlKhawaritzmi dan puncaknya oleh Oemar Khayyam.
Tambahan lagi teori kalkulus juga sudah mulai tumbuh di jaman keemasan Islam.
Tetapi kita masih memiliki masalah dengan definisi jenis ini. Bagaimana
matematika Islam setelah jaman keemasan?
2. Interpretasi Kitab Suci dengan Angka-angka
Definisi ini sangat kreatif. Misalnya huruf-huruf dalam ayat Basmalah
terdiri dari 19 huruf. Sedangkan jumlah surat dalam AlQuran adalah 114 surat.
Perhatikan bahwa 114 adalah kelipatan 19 yakni,
114 = 19 x 6.
Bilangan yang sering menjadi perhatian adalah bilagan 7. Surat
AlFatihah terdiri dari 7 ayat. Nabi Yusuf berhasil menafsirkan mimpi raja yang
berkaitan dengan angka 7. Surat AlBaqarah banyak menyimpan rahasia angka 7. Dan
masih banyak lagi.
Definisi jenis kedua ini terasa sangat mengasyikkan. Mengapa?
Karena kita mengkaji langsung kitab suci. Jadi sangat terasa islamnya.
Apa masalahnya dengan definisi jenis ini?
Masalahnya adalah: mana matematikanya?
Jenis kedua ini sering hanya mengungkapkan aspek aritmetika khusus
dari matematika. Sedangkan sisi matematika yang lain sangat sedikit
diungkapkan.
3. Kontekstualisasi Islam dari Matematika
Definisi ini juga menarik. Menerapkan beragam konsep matematika
dalam konteks dunia islam. Misalnya menerapkan matematika untuk menghitung
faraid – sistem waris – dalam islam. Menerapkan teori matematika untuk
menentukan waktu jam sholat dan lain-lain.
Lebih aplikatif lagi kita dapat menerapkan matematika untuk
kehidupan sehari-hari konteks islam. Bila setiap hari Achmad membaca AlQuran
1/4 juz maka butuh berapa hari untuk mengkhatamkan – menamatkan – AlQuran?
C.
KETERKAITAN MATEMATIKA DENGAN ISLAM
1.
Relasi
Pada
matematika simbol X dan Y, biasanya digunakan untuk penyimbolan pada fungsi
maupun himpunan, X untuk daerah asal (domain) dan Y daerah kawan (kodomain).
Disini
saya akan menggunakan simbol X dan Y untuk menyimbolkan laki – laki dan
Perempuan.
Berikut
ini akan dipaparkan beberapa kesamaan antara agama Islam dan Matematika secara
satu persatu.
Relasi
berasal dari kata bahasa Inggris relation yang berarti hubungan. Dalam
dunia Islam hubungan antara umat islam dengan umat islam yang lain (yang saya
maksud disini antara pria dan wanita yang belum menikah) selama tidak
menimbulkan fitnah dan tidak keluar dari jalur syariat maka diperbolehkan,
bahkan bergaul dengan umat yang berbeda agamapun diperbolehkan. Dengan kata
lain adalah hubungan yang sehat, tidak saling bertukar virus lewat cairan dan
sebagainya. Tiap orang boleh berteman dengan satu orang, dua orang dan banyak
orang tidak dibatasi.
Bahkan
seseorang dapat memilih untuk tidak bergaul dengan orang lain (mungkin orang
yang akan diajak bergaul,tersebut membawa pengaruh buruk dalam lingkungan)
Seperti
yang diterangkan dalam QS Al Insaan ayat 24 :
Maka Bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antar mereka.( QS.Al Insaan: 24)
Dalam
matematika juga terdapat istilah Relasi yang artinya tidak jauh beda dengan
arti relasi di atas.
Semisal
ada himpunan X={1,2,3,4} dan Y= {a,b,c}
Salah
satu relasi yang dapat dibuat dari X dan Y dapat dilihat pada gambar di bawah
ini:
Contoh
relasi disamping menghubungkan antara sebagian anggota X
ke sebagian anggota Y, yaitu 1 dengan a, 2 dengan b,2 dengan c, 4 dengan a,dan
4 dengan c.
Jadi
relasi dalam matematika tidak membatasi anggota X dalam menjalin hubungan
dengan anggota Y, boleh hanya satu relasi, dua relasi, tiga relasi, dan bahkan
tidak melakukan hubungan pun juga diperbolehkan.
Dapat
disimpulkan, relasi dalam Islam dan relasi dalam matematika mempunyai
persamaan.
Seperti
yang diterangkan Dalam Alqur'an :
yang
artinya:
Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
dan
Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
dan
Hai
sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya[263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain[264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu. ( QS Annisaa' : 1)
2.
Statistika Deskriptif
Statistika deskriptif adalah bagian dari
ilmu matematika yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu data
sehingga memberikan informasi yang berguna, berkenaan dengan bagaimana data
dapat digambarkan dideskripsikan atau disimpulkan baik secara numerik (missal
menghitung rata-rata dan deviasi standar) atau secara grafis (dalam bentuk
tabel atau grafik) untuk mendapatkan gambaran sekilas mengenai data tersebut
sehingga lebih mudah dibaca dan bermakna. Statistika deskriptif hanya
memberikan informasi mengenai data dan tidak pas digunakan untuk mengambi
keputusan.
Sebagai contoh, misalnya: terdapat
sebuah keluarga yang terdiri dari anggota keluarga, yaitu Bapak, Ibu, dan tiga
anak. Setiap hari mereka rutin membaca AL Qur'an. Bapak biasa membaca AL Qur'an
30-60 ayat/hari, ibu biasa membaca AL Qur'an 45-100 ayat/hari, anak pertama
biasa membaca AL Qur'an 20-50 ayat/hari, anak kedua biasa membaca AL Qur'an
10-30 ayat/hari, dan anak yang terakhir hanya mampu membaca maksimal 5-10
ayat/hari karena ia masih dalam proses belajar membaca AL Qur'an.
Amalan-amalan yang dilakukan oleh
keluarga diatas bisa di sajikan dalam tabel seperti dibawah ini:
No
|
AnggotaKeluarga
|
Jumlahayat
|
Rata-rata
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Bapak
Ibu Anak pertama Anak kedua Anak ketiga |
30-60
45-100
20-50
10-30
5-10
|
45
72.5 35 20 7.5 |
Dalam
kehidupan sehari-hari selama di dunia segala tindakan atau perbuatan manusia
baik kebaiakan maupun keburukan selalu dicatat oleh malaikat yang bertugas
mencatat amal baik dan amal buruk yaitu malaikat rakib dan atib. Dan setiap
orangpun belum tentu memiliki amalan-amalan yang sama dalam
kesehariannya.Kemudian catatan amalan-amalan itu dikumpulkan sampai pada hari
kiamat. Dan pada saat seluruh manusia dikumpulkan di yaumul mahsyar, catatan
amalan-amalan perbuatan itu dibuka kembali dan diperlihatkan kepada semua
manusia tentang amalan perbuatan mereka selama hidup didunia.
Hal
ini sesuai dengan firman Alloh dalam surat AL Mujadilah ayat 6,yang Artinya
29.
Dan segala sesuatu Telah kami catat dalam suatu kitab[1548].
[1548]
yang dimaksud dengan kitab di sini adalah buku catatan amalan manusia.
3.
Konsep Limas Segi Enam Dalam Islam
Di dalam matematika kita mengenal bangun
ruang limas segi enam yang memiliki alas berbentuk segi enam dan memiliki sisi
tegak yang berbentuk segi tiga serta dalam Islam kita mengenal rukun iman yang
terdiri dari enam point. Bila kita lihat, keduanya saling berhubungan.
Perhatikan gambar barikut ini .
T = Iman
A =
Beriman kepada Allah
B
= Beriman kepada Malaikat
C
= Beriman kepada Kitab-Kitab Allah
D
= Beriman kepada Para Rasul
E
= Beriman kepada Hari Akhir
F
= Beriman kepada Takdir Allah
Dari gambar di atas limas segi enam
mempunyai tujuh titik sudut yaitu ABCDEF.T, T adalah titik puncak suatu limas
segi enam yang dimisalkan sebagai iman seseorang. Tanpa bermaksud untuk
menyetarakan kedudukan Allah dengan rukun-rukun iman yang lain, pokok bahasan
ini akan membahas pentingnya rukun iman sebagai pondasi iman seseorang. Sebelum
kita membahas rukun-rukun iman, sebaiknya kita mengerti dulu apa itu pengertian
iman.
Kata iman berasal dari bahasa arab yang
artinya percaya. Menurut ilmu Tauhid iman didefinisikan sebagai membenarkan
dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dengan tindakan.
Di
dalam agama Islam limas Segi enam merupakan gambaran dari rukun iman yang
terdiri darienamhalyaitu,
Iman Kepada Allah SWT
Iman
kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu ada dengan segala
sifat keagungan-Nya, mengucapkan atau mengikrarkan adanya Allah secara Islam,
dan bersedia melakukan apa yang telah dibenarkan dengan hati dan diucapkan
secara lisan sebagai konsekuensi keimanan seseorang.
Perintah
beriman kepada Allah SWT merupakan perintah Allah kepada umat manusia.
Firman-Nya
dalam Al Quran :
Wahai
orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan
kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah
turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian,
Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat sejauh-jauhnya.( QS An-Nisaa':136)
Iman Kepada Malaikat
Iman
kepada malaikat adalah yakin dan percaya dengan sepenuh hati bahwa malaikat
merupakan makhluk Allah yang baik dan mendapatkan tugas masing-masing sesuai
dengan perintahAllahSWT.
Iman Kepada Kitab- Kitab Allah
Iman
kepada kitab-kitab Allah adalah mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati
bahwa Allah menurunkan wahyu-Nya kepada para Rasul berupa kitab-kitab sebagai
pegangan hidupnya dan umatnya.
Kitab-kitab
yang wajib diimani dan diketahui ada 4 yaitu, Taurat, Zabur, Injil, Al Quran
Iman Kepada Rosul Allah
Iman
kepada Rasul Allah adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa rasul adalah orang
yang telah menerima wahyu dari Allah untuk disampaikan kepada umatnya agar
mereka beriman, selamat dan bahagia baik di dunia maupun di akhirat.
Iman Kepada Hari Akhir
Iman
kepada hari akhir adalah yakin dan percaya dengan sepenuh hati bahwa hari akhir
itu ada dan pasti akan datang.
Iman Kepada Qodla dan Qodar
Iman
kepada qadla dan qadar adalah percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah
telah menciptakan segala sesuatu dan Dia telah menyuruh dan melarang.
Dari ke-enam hal tersebut saling berhubungan untuk menuju ke titik T sebagai
iman, karena apabila kehilangan salah satu garis saja maka, bangun limas segi
enam tersebut tidak akan berdiri tegak. Hal ini sama saja dengan keimanan
seseorang, karena jika salah satu saja tidak terpenuhi maka, keimanan seseorang
tidak akan sempurna.
4.
Hubungan PHI dengan Al-Qur’an
Bagi
orang muslim, Al-Qur'an adalah salah satu kitab suci yang memiliki semua
rahasia kehidupan. Dalam posting ini, saya akan membahas salah satu ilmu
pengetahuan yang ada di dalam Al-Qur'an yang mungkin tidak diketahui semua
orang, yaitu hubungan antara thawaf dengan ka'bah.
Thawaf
merupakan salah satu rukun haji, yaitu mengelilingi ka'bah.
Firman
Alloh SWT yang artinya:
29.
Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran[987] yang ada pada badan
mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka[988] dan
hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu
(Baitullah).
[987]
yang dimaksud dengan menghilangkan kotoran di sini ialah memotong rambut,
mengerat kuku, dan sebagainya.
[988]
yang dimaksud dengan Nazar di sini ialah nazar-nazar yang baik yang akan
dilakukan selama ibadah haji.
Dari
'Aisyah : " Bahwasaanya Nabi SAW ketika sampai di Makkah, adalah pekerjaan
yang mula-mula beliau kerjakan, ialah mengambil air sembahyang kemudian beliau
Thawaf". Riwayat Bukhari dan Muslim.
Sebagaimana
kita ketahui, thawaf adalah berjalan keliling yang membentuk lingkaran dan
dilakukan sebanyak tujuh kali.
Sabda
Rosululloh SAW :
Dari
jabir : " Bahwasannya Nabi besar SAW, tatkala sampai mekah telah
mendekatkan ke hajar aswad, kemudian beliau sapu hajar aswad itu dengan tangan
beliau , kemudian beliau berjalan ke sebelah kanan beliau ; berjalan cepat tiga
kali berkeliling dan berjalan biasa empat kali berkeliling". Riwayat
Muslim dan Nasai.
Dari
Abu Huraira, bahwasannya ia telah mendengar Nabi SAW bersabda : "Barang
siapa berkeliling ka'bah tujuh kali dan ia tidak berkata selain dari : Maha
Suci Alloh dan segala puli bagi Alloh, tidak ada Tuhan yang patut disembah
kecuali Alloh, Alloh Maha Besar dan tidak ada daya upaya dan kekuatan kecuali
dengan pertolongan Alloh. Orang yang membaca kalimat tersebut, dihapuskan dari
padanya sepuluh kejahatan, dan dituliskan sepuluh kebaikan dan diangkat
derajatnya sepuluh tingkat ". Riwayat Ibnu
Majah.
Didalam
rumus luasan atau kelilling lingkaran selalu digunakan alat ukur yang disebut phi
yang besarnya .
Angka
22 dan 7 mempunyai korelasi dengan ibadah haji dan rukun thawaf.
Surah yang artinya haji adalah Suarh ke- 22 yaitu Al-Hajj.
Thawaf
membentuk lingkaran sebanyak tujuh kali. Lihat kombinasi angkanya = 22
dan 7 . Persis sama dengan phi lingkaran yaitu .
5.
Diagram Venn
Dalam
suatu diagram venn terdapat bagian-bagian. Didalamnya terdiri dari himpunan-
himpunan dan didalam himpunan tersebut terdapat elemen-elemen.
Himpunan-himpunan dalam diagram venn yang merupakan himpunan semua obyek dari
suatu pembicaraan disebut himpunan semesta.
Konsep
diagram venn tersebut dapat kita aplikasikan dalam kehidupan manusia. khususnya
untuk orang islam, karena di mata Allah SWT terdapat beberapa golongan sesuai
dengan tingkat keimanannya. Yakni mutaqin, mukhsin, mukmin, muslim, dan kafir.
Diagram venn tersebut dapat digambarkan:
Keterangan:
S = Orang islam
M1: Muttaqin
M2 : Mukhsin
M3 : mukmin
M4 : Muslim
K : Kafir
- Dari gambar diagram venn tersebut dapat dijelaskan bahwa di mata Allah SWT orang islam dibagi dalam beberapa golongan sesuai dengan tingkat keimanannya. Yakni: muttaqin, mukmin, mukhsin, muslim dan kafir. Dimana orang islam paling sempurna ialah apabila ia telah mencapai tingkatan Muttaqin.
- Muslim adalah orang yang telah bersyahadat, serta telah berserah diri dan dalam hal ini berpasrah kepada tuhan.
- Mukmin adalah seorang muslim yang istiqomah atau konsisten dan berpegang teguh kepada nilai kebenaran,sampai pada hal-hal yang terkecil
- Mukhsin adalah
- Muttaqin adalah orang yang setiap perbuatannya sudah merupakan perwujudan dari komitmen iman dan moralnya yang tinggi.
Sesuai dengan firman Allah SWT
dalam surat An-Nisa' ayat 88
"
Maka mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan[328] dalam (menghadapi)
orang-orang munafik, Padahal Allah telah membalikkan mereka kepada kekafiran,
disebabkan usaha mereka sendiri ? Apakah kamu bermaksud memberi petunjuk kepada
orang-orang yang telah disesatkan Allah[329]? Barangsiapa yang disesatkan Allah,
sekali-kali kamu tidak mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk)
kepadanya"
[328]
Maksudnya: golongan orang-orang mukmin yang membela orang-orang munafik dan
golongan orang-orang mukmin yang memusuhi mereka.
[329]
Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan
tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah. dalam ayat ini, karena mereka itu
ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai
perumpamaan, Maka mereka itu menjadi sesat.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Sejarah matematika dalam islam
2.
Definisi matematika islam
3.
Keterkaian matematika dalam islam
Banyak
hal yang menyangkup matematika dengan islam, seperti halnya :
-
Relasi
-
Statistika diskriptif
-
Konsep limas segi enam dalam islam
-
Hubungan phi dengan al-quar’an
-
Diagram Venn






